REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) bersama bank-bank sentral global bergerak agresif untuk menopang ekonomi dunia yang terdampak dengan cepat di tengah pandemi virus corona. Langkah ini diawali dengan keputusan The Fed memangkas suku bunga mendekati nol, Ahad (15/3) waktu setempat.
The Fed bersama bank sentral asing utama lainnya juga memotong harga pada jalur swap mereka agar lebih mudah dalam menyalurkan dolar kepada lembaga keuangan di seluruh dunia yang menghadapi tekanan di pasar kredit.
Tindakan global terkoordinasi ini mengingatkan pada langkah besar yang dilakukan pada lebih dari satu dekade lalu untuk memerangi kehancuran sistem keuangan global. Tapi, kali ini targetnya adalah musuh yang sama sekali tidak dikenal. Yakni krisis kesehatan yang menyebar cepat tanpa diketahui kapan akan berakhir, hingga memaksa seluruh masyarakat mengurangi aktivitasnya secara signifikan.
Dalam konferensi pers, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan, epidemi virus corona telah memiliki dampak mendalam pada perekonomian. Hal ini memaksa seluruh industri seperti perjalanan dan liburan menjadi tertekan.
Powell meniilai, penyebaran virus corona masih bersifat tidak pasti. Oleh karena itu, The Fed membatalkan proyeksi ekonomi kuartalan pada pekan ini karena akan sia-sia mengingat pihaknya belum mengetahui seberapa banyak orang yang akan terinfeksi dan berapa lama pertemuan publik perlu dibatasi untuk menahan tingkat penyebaran virus.
"Prospek ekonomi berkembang setiap hari dan itu tergantung pada penyebaran virus. Itu bukan sesuatu yang bisa diketahui," ujar Powell dalam pertemuan darurat 'The Fed, seperti dilansir Reuters, Senin (16/3).
Mengingat kedalaman dan ketidakpastian risiko, Powell mengatakan, The Fed dan bank sentral lain bertindak untuk memastikan bahwa pasar keuangan tetap berfungsi di seluruh dunia. Otoritas juga berusaha membatasi kemungkinan penurunan kinerja perusahaan, rumah tangga maupun lembaga keuangan.
Untuk itu, The Fed melakukan berbagai langkah dramatis untuk menjaga kredit mengalir ke bisnis dan keluarga, mendorong bank memanfaatkan triliunan dolar dalam ekuitas. The Fed juga memanfaatkan aset likuid yang dibangun sebagai penyangga modal sejak krisis keuangan untuk mendukung masyarakat yang hidupnya terdampak oleh virus.
Selain memangkas suku bunga jangka pendek ke kisaran 0 hingga 0,25 persen, The Fed juga meningkatkan kepemilikan 700 miliar dolar AS dan memyerap efek beragun aset (EBA) dalam beberapa pekan mendatang.
Powell mengatakan, virus corona memiliki efek mendalam pada orang-orang di seluruh Amerika Serikat maupun dunia. "Kami benar-benar akan menggunakan alat kami untuk melakukan apa yang perlu kami lakukan," ujarnya.
Powell juga membuka kemungkinan untuk memberikan pinjaman langsung ke perusahaan keuangan.
Direktur Pendapatan Tetap Internasional di National Alliance Securities menyebutkan, langkah yang dilakukan Powell sekarang terdengar seperti mantan Presiden European Central Bank Mario Draghi. "Ia terdengar seperti Draghi yang mengatakan akan melakukan apa yang dibutuhkan dan kami percaya padanya," tuturnya.
Draghi mengundurkan diri sebagai kepala ECB tahun lalu. Ia terkenal dengan janjinya pada 2012 untuk melakukan apapun yang memang dibutuhkan dalam rangka memerangi krisis yang mengancam menghancurkan serikat moneter. Deklarasi penuh keberanian ini dinilai menjadi penyelamat Euro kala itu.
Powell mengatakan, pihaknya tidak bisa mengatakan seberapa lama atau seberapa besar penurunan suku bunga akan terjadi. Tapi, ia berkomitmen untuk mempertahankan suku bunga sampai The Fed optimistis, ekonomi sudah sesuai jalurnya untuk bekerja secara maksimal dan harga sudah stabil.
“The Fed akan menunda proyeksi ekonomi secara resmi sampai Juni,” katanya.
Secara terpisah, delapan bank AS terbesar, juga mengatakan akan menghentikan buyback pada kuartal II. Mereka secara konsisten menggunakan modal dan likudiitas untuk memberikan dukungan maksimal kepada individu, usaha kecil dan ekonomi yang lebih luas melalui pinjaman maupun layanan penting lain.