REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Menteri Transportasi Spanyol, Jose Luis Abalos mengatakan, pemerintah kemungkinan akan memperpanjang isolasi hingga lebih dari 15 hari. Selain itu, pemerintah mempertimbangkan untuk menutup perbatasan.
"Kami harus melakukan perpanjangan, jika hanya 15 hari kami sulit untuk keluar dari kondisi sulit ini," ujar Abalos kepada radio RNE.
Spanyol merupakan negara kedua di Eropa setelah Italia yang mengalami dampak terburuk akibat wabah virus korona. Pemerintah telah memberlakukan lockdown dan warga hanya dibolehkan keluar rumah untuk bekerja, belanja kebutuhan makanan, maupun ke rumah sakit.
Pemerintah telah mengambil langkah lainnya yakni menggunakan pesawat tak berawak untuk mengimbau warga agar tidak keluar rumah, dan menghindari kerumunan publik. Sejauh ini, pemerintah Spanyol belum menutup perbatasan. Abalos mengatakan, pemerintah masih mempertimbangkan apakah opsi memperpanjang masa lockdown bisa efektif terutama dampaknya terhadap perekonomian.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Fernando Grande-Marlaska mengatakan kepada radio Cadena Ser bahwa, menutup perbatasan Spanyol adalah salah satu opsi yang dipertimbangkan. Grande-Marlaska mengatakan, dia akan membahas potensi penutupan perbatasan bersama langkah-langkah lain dengan sesama menteri Uni Eropa.
"Itu adalah kemungkinan, tentu saja, itu adalah pilihan nyata untuk memerangi penyebaran virus," ujar Grande-Marlaska.
Spanyol memiliki jumlah kasus virus corona terbanyak kelima di dunia setelah Cina, Italia, Iran dan Korea Selatan. Jumlah kematian akibat virus korona di Spanyol meningkat menjadi 288 pada Ahad. Sementara kasus yang dikonfirmasi mencapai 7.753.
Seluruh sekolah di Spanyol telah ditutup. Sementara, anggota militer khusus yang menggunakan alat pelindung lengkap menyemprotkan desinfektan di stasiun kereta api. Sebagian besar pabrik tutup karena wabah virus corona dan tersendatnya suplai bahan baku.