Senin 16 Mar 2020 18:11 WIB
Coroma

Kisah Prancis Gelar Pilkada Dit Tengah Wabahi Corona

Kisah Dari Prancis: Menggelar Pilkada Ditengah Epidemi Corona

Pengumuman tentang virus corona di Mullhouse, Prancis, Senin (9/3).(AP Photo/Jean-Francois Badias)
Foto: AP Photo/Jean-Francois Badias
Pengumuman tentang virus corona di Mullhouse, Prancis, Senin (9/3).(AP Photo/Jean-Francois Badias)

Oleh: Dini Kusmana Massabuau, Jurnalis Indonesia Tinggal di Prancis

Ahad kemarin Prancis menggelar pilkada (pemilihan walikota) secara serentak. Tapi suami saya dan anakku yang memang warga Prancis tidak ikut pilkada.

Mengapa tak ikut? Karena mereka anggap tidak masuk akal pilkada tetap diadakan dalam situasi saat ini di mana virus Corona tengah menjadi ancaman. Padahal ada himbauan dari pemerintah Prancis sebelumnya misanya kudu harus berada di rumah. jaga jarak, dan lainnya. Namun, di pihak pihak lah kok pilkada tetap berjalan.

Bagi suami dan anak, apapun alasannya, biarpun tingkat higienis lebih diawasi buat suamiku tetap tidak tidak rasional. Tidak mau ikut memilih dalam pilkada wali kota kali ini.

Dan, kemarin juga para wakil dari partai-partai merasa kesal. Ini karena mereka anggap perintah Prancis kurang terbuka dengan mereka mengenai pilkada ini sesuai situasi yang ada saat ini.

Mereka menganggap Macron dan pemerintahannya kurang terbuka. Mereka minta agar mereka pun ikut dilibatkan dan mengambil keputusan bersama.

Pilkada wali kota ini jadi perdebatan hangat di Prancis. Apalagi  menjelang hari 'H' karena situasi covid-19 di Prancis ini yang  makin mencemaskan.

Tapi pemerintah merasa   demokrasi harus dijaga, didukung, dan tetap dilaksanakan. Karena itu  demi mendukung berjalannya demokrasi  dibuat ketat persiapan dan tata cara pemilu dengan sangat meperhatikan sisi sanitasi.

Ini tampak dari penataan ruangan yg berjarak, pengaturan jumlah pemilih agar tidak membentuk kelompok, ketersediaan dan kewajiban memakai hand sanitizer, sampai hal kecil-kecil seperti bolpoint tiap selesai pakai harus dilap antiseptik dan lain-lain. Di Corsica misalnya, waktu memilih diperpanjang biar tidak terjadi penumpukan pemilih dan lainya.

Memang di Prancis TPS pemilu tidak seperti di Indonesia ramai datang langsung milih dan pulang ninggalin TPS.

 

Yang utama memang, ternyata yang tidak memilih mencapai 55%. Tidak diragukan salah satu faktornya karena covid Jadi mereka tak datang memilih karena peduli pada penurunan wabah menjadi sangat penting.

Hingga sekarang pemerintah Prancis belum mengambil keputusan apakah putaran kedua akan dilaksanakan seusai jadwal yaitu Ahad depan 22 Maret 2020. Perdana Menteri Prancis menyatakan akan memberikan keputusan setelah berdiskusi dengan para ahli kesehatan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement