Selasa 17 Mar 2020 19:54 WIB
Coromo

Kisah Norwegia Menangani Pandemi Corona

Norwegia Menangani Pandemi Corona

Suasana sebuah kota sepi karena adanya penyebaran virus corona
Foto: isaSavitri Ucha Khairunnsa
Suasana sebuah kota sepi karena adanya penyebaran virus corona

Oleh: Savitry Icha Khairunnusa, Warga Indonesia Tinggal Di Norwegia

Wabah covid-19 ini memang luar biasa. Norwegia sebagai bagian dari pusat episentrum persebaran virus (di luar China) juga mulai merasakan dampaknya.

Per hari ini, jumlah yang dites dan positif covid-19 di Norwegia sudah tembus 1.417 orang, dengan 3 meninggal, dan 1 pasien sembuh. Diyakini bahwa jumlah riil-nya lebih besar dari itu.

Sektor hospitality (restoran / bar / pub, hotel), penerbangan, pariwisata pada umumnya terpaksa merumahkan sementara ribuan karyawan. Hal ini karena kebijakan penutupan tempat-tempat umum di mana orang banyak berkumpul. Bandara, pelabuhan, dan perbatasan pun mulai resmi ditutup sejak kemarin. Otomatis jumlah penebangan pun menurun drastis.

Tiba-tiba jumlah pengangguran menjadi banyak.

Belum lagi harga minyak yang sedang terjun bebas. Norwegia yang sangat mengandalkan pemasukan dari ekspor minyak sangat terpukul.

Harga saham secara global juga terguncang. Nilai mata uang Kroner semakin melemah terhadap USD. Kalau pemerintah tidak sigap dan taktis, ekonomi negara bisa kolaps.

Kemarin digelar rapat pembahasan APBN yang dipimpin Perdana Menteri Erna Solberg. Intinya banyak perencanaan anggaran yang harus dirombak. Demi menyelamatkan negara dari krisis minyak, krisis ekonomi, dan krisis Korona.

Bagaimana kebijakan lockdown (karantina wilayah) dan socialdistancing (perenggangan sosial) tidak sampai mengorbankan mata pencarian rakyat, dan di sisi lain bisa meredam persebaran virus dahsyat ini.

Pemilik perusahaan kecil / menengah / wiraswasta seperti pemilik restoran, kafe, ketering, salon, toko kembang, pekerja freelance, orang magang, orang berpendapatan rendah, serentak bingung. Dari mana mereka dapat uang? Sementara pemasukan mereka bergantung dari aktivitas harian. Kalau lagi ramai, ya dapat banyak. Kalau sepi, ya pemasukan minim.

***

Di sinilah akan tampak wajah asli pemerintah. Bagaimana mereka mengelola keuangan negara. Apa yang perlu diprioritaskan, apa yang harus dikorbankan karena kurang berfaedah untuk kemaslahatan masyarakat.

Singkatnya, pemerintah Norwegia menyepakati "krisepakke" (paket krisis) besar-besaran. Cakupannya mulai karyawan tetap yang di-PHK, para freelancer, wiraswasta, pengusaha kecil menengah, orang yang merawat pasien di rumah, sampai orangtua tunggal yang masih punya anak-anak di bawah umur.

Uang yang digelontorkan sebesar NOK 100 miliar (sekitar Rp 145 trilyun). Sebagian agar bank bisa memberi bantuan pinjaman, dan juga agar masyarakat yang terkena PHK bisa mendapatkan bantuan keuangan.

Namun bantuan tersebut baru bisa mulai diproses pada hari ke-17 sejak kebijakan lockdown diberlakukan. Jadi orang-orang ini masih harus bersabar. Setidaknya mereka bisa mengharapkan bantuan nyata dari pemerintah.

Dan mereka tahu bahwa pemerintah memang punya uang.

Untuk penanganan wabah Corona sendiri, pemerintah juga sepakat untuk menggunakan sedikit dari "Oljefunn" (Dana Minyak / Dana Pensiun Nasional).

Sejak dekade 1980-an Norwegia punya lembaga keuangan ini. Sesuai namanya, uang ini didapatkan dari hasil ekspor minyak Norwegia, yang memang membuat negara ini jadi kaya raya. Penggunaannya sangat amat ketat. Setiap tahun hanya boleh dipakai maksimal 3% dari nilai keseluruhannya.

Dana Minyak ini berbentuk investasi di banyak negara di luar Norwegia. Sebagian besar dalam bentuk penyertaan saham di berbagai perusahaan internasional (Microsoft, Samsung, Apple, dan banyak lagi). Di tengah anjloknya harga saham, nilai Dana Minyak ternyata masih cukup untuk menghidupi hingga beberapa generasi ke depan.

NOK 9 triliun. Entah berapa rupiah itu, sila hitung sendiri (dengan asumsi NOK 1 = IDR 1.450,-).

So, dari sisi keuangan, pemerintah Norwegia yakin memiliki kemampuan untuk menghidupi rakyat hingga ke unit terkecil, termasuk masyarakat yang tergolong berpenghasilan rendah / tak pasti.

Pemerintah meyakinkan rakyat bahwa uang akan dikelola secara transparan dan tepat sasaran.

Dan yang terpenting, rakyat PERCAYA pada pemerintahnya.

***

Tiba-tiba pikiran saya melayang ke negeri tercinta. Negeri yang gemah ripah loh jinawi. Toto tentrem kertoraharjo. Yang persediaan minyaknya (pernah) jauuuh lebih banyak dari Norwegia. Persediaan emas, batubara, timah, bauksit, you name it, seharusnya bisa membuat kas negara kita aman tujuh turunan; kalau saja sejak awal dikelola dengan benar dan pemerintah punya visi jauh ke depan.

Di saat krisis begini, seharusnya pemerintah (di negara manapun) lebih serius mengalokasikan dana untuk membantu penghidupan rakyat hingga yang termiskin. Bila pemerintah sanggup menyelenggarakan event mewah seperti Asian Games, mampu membayar milenials, para pembina Pancasila, dan buzzer puluhan bahkan ratusan miliar rupiah, mampu bikin infrastruktur dari Sabang sampai Merauke, bisa bikin MRT, maka demi menyelamatkan nyawa rakyat seharusnya pemerintah juga harus lebih bisa. Jangan malah bingung.

Toh Pak Presiden sendiri yang bilang bahwa banyak kementerian yang punya pos-pos konferensi / kunjungan kerja dsb hingga puluhan trilyun rupiah. Berarti sebetulnya uangnya ada.

Insya Allah Indonesia bisa, kalau mau serius dan kompak.

Mungkin perbandingannya tidak "apple to apple", tapi mungkin ada satu dua hal yang bisa dipelajari dari negara sekecil Norwegia. Mungkin tentang integritas, keterbukaan, gerak taktis, dan bagaimana mengemban amanah rakyat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement