Seorang bayi tidur di sebuah kamar di dalam bangunan bekas penjara di kota Idlib, yang sekarang diubah menjadi sebuah kamp untuk orang-orang yang terlantar akibat pertempuran, di Idlib, Suriah. (Foto AP / Felipe Dana)(AP) (FOTO : AP)
Sejumlah wanita berjalan diantara reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara di kota Idlib, Suriah. (AP Photo/Felipe Dana)(AP) (FOTO : AP)
Anak-anak bermain reruntuhan bangunan di kota Idlib, Suriah. (Foto AP / Felipe Dana)(AP) (FOTO : AP)
Seorang gadis berdiri di dalam bangunan bekas penjara di kota Idlib, yang sekarang diubah menjadi sebuah kamp untuk orang-orang terlantar akibat pertempuran, di Idlib, Suriah. (Foto AP / Felipe Dana)(AP) (FOTO : AP)
Para wanita menyiapkan makanan untuk keluarganya di dalam bangunan bekas penjara di kota Idlib, yang sekarang diubah menjadi sebuah kamp untuk orang-orang yang terlantar akibat pertempuran, di Idlib, Suriah. (Foto AP / Felipe Dana)(AP) (FOTO : AP)
Hewan ternak terlihat di kamp pengungsi di kota Idlib, Suriah. (AP Photo/Felipe Dana)(AP) (FOTO : AP)
Sebuah masjid berada diantara reruntuhan gedung yang hancur akibat serangan udara di kota Idlib, Suriah. (AP Photo/Felipe Dana)(AP) (FOTO : AP)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, IDLIB -- Warga yang tinggal di penjara di kota Idlib selalui dihantui rasa cemas. Mereka mencemaskan serangan udara yang terjadi secara tiba-tiba. “Kami tidur dalam ketakutan. Saya tidak membayangkan akan ada masa depan. Saya tidak membayangkan ini akan selesai dengan kita masih hidup,” kata Heba seorang remaja berusia 20 tahun yang ikut bersama keluarganya tinggal di penjara.
Kepala Urusan Kemanusiaan dan Bantuan Darurat PBB Mark Lowcock mengatakan, bencana kemanusiaan sedang berlangsung di Idlib. Ratusan ribu warga di sana melakukan eksodus.
Menurut Lowcock, sejak 1 Desember 2019, hampir 900 ribu warga Idlib mengungsi. Lebih dari 500 ribu di antaranya adalah anak-anak. Sekitar 50 ribu orang tak memiliki tempat bernaung. Mereka berlindung di bawah pohon dan ruang terbuka. “Saya mendapat laporan harian tentang bayi dan anak kecil yang sekarat dalam kedinginan,” ujar Lowcock.
Konflik sipil Suriah telah berlangsung sejak 2011. Peperangan telah menyebabkan ratusan ribu orang tewas dan puluhan juta lainnya mengungsi, termasuk ke Eropa dan Amerika.
sumber : Reuters, AP
Advertisement