Jumat 20 Mar 2020 16:04 WIB

Tidak Perlu Setop, Pasar Dinilai Masih Terkendali

Protokol yang dilakukan pemerintah masih cukup meredam penurunan pasar.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Karyawan melintas di depan layar pergerakan IndeksPenurunan Indeks saham domestik yang cukup tajam dalam beberapa pekan terakhir dinilai masih cukup wajar. Sebabnya, hal yang sama juga dialami oleh berbagai bursa saham dunia.  Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (28/2).(Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan melintas di depan layar pergerakan IndeksPenurunan Indeks saham domestik yang cukup tajam dalam beberapa pekan terakhir dinilai masih cukup wajar. Sebabnya, hal yang sama juga dialami oleh berbagai bursa saham dunia. Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (28/2).(Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penurunan Indeks saham domestik yang cukup tajam dalam beberapa pekan terakhir dinilai masih cukup wajar. Sebabnya, hal yang sama juga dialami oleh berbagai bursa saham dunia. 

Langkah penyetopan perdagangan pun disebut tidak perlu dilakukan. Berkaca pada langkah penyetopan perdagangan di 2008 silam, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee, mengungkapkan kondisi pasar pada saat ini masih jauh lebih baik. 

Baca Juga

"Pada saat 2008 memang perdagangan pernah disetop, tapi itu karena pasar terlalu panik, banyak yang melakukan aksi jual. Kalau pasar masih terkendali tidak perlu melakukan penyetopan," kata Hans saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (20/3). 

Menurut Hans, aturan serta protokol yang dikeluarkan oleh otoritas hingga saat ini masih cukup mampu meredam penurunan. Salah satunya yaitu batas bawah autorejection yang ditetapkan menjadi tujuh persen. Meskipun semua saham turun hingga tujuh persen, nantinya indeks saham hanya akan turun maksimal tujuh persen. 

Hans menjelaskan penurunan market dalam beberapa waktu ini memang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Pasar khawatir karena tingkat penyebarannya sangat tinggi baik di dunia maupun di Amerika Serikat (AS). Sehingga dampaknya pun cukup besar terhadap aktivitas bisnis dan perekonomian global. 

Satu-satunya cara yang dapat mengembalikan kondisi pasar menjadi stabil yaitu harus ada solusi kesehatan terkait pandemi Covid-19. Stimulus yang dikeluarkan oleh beberapa bank sentral dan pemerintah saat ini belum direspon dengan baik oleh pasar. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement