Jumat 20 Mar 2020 16:17 WIB

Hoaks dan Fakta Seputar Ibuprofen

Ibuprofen kerap digunakan atasi demam bagi pasien corona.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Ibuprofen kerap digunakan atasi demam bagi pasien corona (Foto: ilustrasi Ibuprofen)
Foto: The Guardian
Ibuprofen kerap digunakan atasi demam bagi pasien corona (Foto: ilustrasi Ibuprofen)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibuprofen dan parasetamol merupakan obat yang kerap digunakan untuk mengatasi demam dan memperbaiki gejala seperti flu. Namun, belum lama ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan National Health Service (NHS) mengeluarkan imbauan untuk menghindari penggunaan ibuprofen pada pasien Covid-19.

Imbauan ini dikeluarkan setelah Menteri Kesehatan Prancis memberi peringatan bahwa penggunaan ibuprofen untuk mengatasi gejala Covid-19 kemungkinan dapat memperburuk kondisi. Oleh karena itu, untuk sementara penggunaan parasetamol lebih dianjurkan untuk pasien Covid-19.

Baca Juga

"Sampai kami mendapatkan lebih banyak informasi, gunakan parasetamol untuk merawat gejala virus corona, kecuali dokter mengatakan parasetamol tidak cocok untuk Anda," ungkap NHS dalam laman resminya, seperti dilansir BBC, Jumat (20/3).

Berkenaan dengan isu ini, muncul beragam informasi seputar ibuprofen yang bersirkulasi di berbagai media sosial dan aplikasi berpesan singkat seperti Whatsapp Group. Sebagian informasi beredar memuat informasi yang keliru.

Berikut ini adalah beberapa hoaks dan fakta seputar ibuprofen yang perlu diketahui.

Hoaks yang Beredar

Salah satu informasi yang beredar adalah empat pasien Covid-19 berusia muda yang tak memiliki riwayat penyakit lain mengalami perburukan kondisi akibat penggunaan ibuprofen. Informasi lain menyatakan bahwa penggunaan ibuprofen dapat mempercepat reproduksi virus penyebab Covid-19 di dalam tubuh, oleh karena itu kasus Covid-19 di Italia memburuk dalam waktu singkat.

Informasi-informasi ini merupakan informasi keliru atau hoaks. Beragam informasi keliru ini disebarkan dengan pola penulisan yang seragam.

photo
(Foto: ilustrasi Ibuprofen) - (Flickr)

Informasi-informasi keliru ini biasanya mencatut nama dokter atau laboratorium tertentu dan disertai dengan klaim yang tampak berlebihan. Akan tetapi, informasi-informasi ini tidak disertai dengan bukti valid yang mendukung klaim tersebut.

"Pola seperti ini cukup khas pada teori konspirasi," jelas laman berita farmasi Jerman Aponet.de.

Belum Ada Penelitian

Hingga saat ini, belum ada penelitian yang secara spesifik dilakukan untuk melihat dampak ibuprofen terhadap Covid-19. Akan tetapi, beberapa studi terdahulu menemukan adanya hubungan yang kurang baik antara ibuprofen dan risiko komplikasi pada kasus infeksi saluran pernapasan lain.

Akan tetapi studi ini belum menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat antara ibuprofen dan komplikasi pada infeksi saluran pernapasan. Beberapa ahli menilai sifat antiinflamasi pada ibuprofen dapat memengaruhi respon imun tubuh.

"Ada banyak studi yang menemukan bahwa penggunaan ibuprofen pada infeksi saluran pernapasan dapat menyebabkan perburukan penyakit atau komplikasi lain," jelas Prof Parastou Donyai dari University of Reading.

Oleh karena itu, saat ini WHO dan NHS memberikan imbauan menghindari penggunaan ibuprofen pada pasien Covid-19 untuk sementara waktu sebagai bentuk antisipasi. Di saat yang sama, WHO dan NHS juga berupaya untuk mencari informasi lebih jauh terkait dampak penggunaan ibuprofen pada kasus Covid-19.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement