REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang pengepul berpose dengan sisa kain tekstil yang telah terpotong-potong di tempat penampungan miliknya di kawasan Jakarta Utara. Potongan kain tersebut menjadi cerminan dari iklim perilaku kapitalis di industri "fast fashion" dan budaya konsumtif manusia sehingga menyebabkan sampah over-konsumsi.
Fast fashion lebih kurang diterjemahkan sebagai busana murah dengan waktu edar singkat dengan model berlimpah yang mengikuti tren terbaru.
Menurut penulis buku Overdressed: The Shockingly High Cost of Cheap Fashion, Elizabeth Cline, keterjangkauan harga dan cepatnya produksi model busana terbaru membuat pergeseran nilai guna dari pakaian menjadi menomorsatukan nilai tanda sebagai bentuk identitas sosial.
Oleh karena itu, ketika pengguna bosan, mereka tidak merasa sayang membuang isi lemarinya (meski belum lama menggunakannya) untuk diisi dengan koleksi terbaru yang dikeluarkan oleh retailer fast fashion.
Disalin dari website zerowaste.id, fast fashion merupakan istilah yang digunakan oleh industri tekstil yang memiliki berbagai model fashion yang silih berganti dalam waktu yang sangat singkat, serta menggunakan bahan baku yang berkualitas buruk, sehingga tidak tahan lama.