REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris sudah meminta masyarakat untuk tetap tinggal di rumah. Tapi jalanan masih ramai dan pekerja masih saling berdekatan satu sama lain. Foto-fota di media sosial menunjukan kereta bawah tanah London masih penuh oleh penumpang.
"Pemerintah harus segera memberikan pedoman yang jelas siapa yang tetap bekerja dan siapa yang tidak, tidak ada yang boleh diminta bekerja jika mereka tidak memberikan fungsi esensial dalam krisis ini," kata kepala kebijakan bisnis Partai Buruh Rebecca Long-Bailey, Kamis (25/3).
Dalam pembatasan pergerakan yang diberlakukan pemerintah Inggris, masyarakat hanya boleh meninggalkan rumah untuk alasan yang sangat terbatas. Hal itu seperti pergi ke supermarket untuk memasok kebutuhan pokok atau berolahraga satu kali sehari.
Polisi dapat mendenda orang yang melanggar peraturan tersebut sebesar 30 poundsterling. Polisi juga kini dapat membubarkan pertemuan lebih dari dua orang. Jajak pendapat YouGov menemukan 93 persen warga Inggris mendukung langkah ini tapi mereka belum sepakat apakah denda cukup untuk menegakkan peraturan.
Supermarket yang selama beberapa hari terakhir rak-raknya kosong karena kepanikan masyarakat mengatakan mereka mulai membatasi jumlah konsumen yang datang dalam satu waktu. Mereka juga mulai memasang pembatasan di luar supermarket dan layar di kasir untuk melindungi karyawan.
Pada pekan lalu pemerintah Inggris mengumumkan paket bantuan senilai miliar poundsterling untuk membantu bisnis. Mereka mengatakan dana tersebut dapat digunakan untuk membayar gaji karyawan hingga 80 persen bila mereka tidak memecat pegawai mereka.
Para pengamat mengatakan anggaran itu tidak memberikan bantuan kepada wiraswasta yang jumlahnya sebanyak 5 juta orang. Artinya, mereka harus tetap bekerja atau kehilangan pendapatan sama sekali.