REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kejuaraan tenis grand slam Wimbledon 2020 sejauh ini masih sesuai jadwal dan tampak tak terpengaruh pandemi virus corona. Tetapi tampaknya hanya masalah waktu sebelum panitia penyelenggara memutuskan ajang tenis akbar ini ditunda atau dibatalkan. Pejabat All England Lawn Tennis Club (AELTC) kini tengah mempertimbangkan pilihan tersebut.
Persiapan kejuaraan yang berlangsung 29 Juni-12 Juli seharusnya dimulai dalam waktu kurang dari sebulan, tetapi tampaknya semakin besar kemungkinan Wimbledon tidak akan digelar untuk pertama kalinya sejak 1945.
“AELTC telah merencanakan l sejak Januari, bekerja sama dengan pemerintah Inggris dan otoritas kesehatan masyarakat untuk mengikuti saran mereka dan memahami kemungkinan dampak Covid-19 dan langkah-langkah darurat pemerintah pada kejuaraan. Pikiran kami pada semua yang terpengaruh oleh krisis saat ini,” AELTC klub dalam sebuah pernyataan pada Rabu (25/3), dikutip Reuters.
Penyelenggara tak memilih opsi pertandingan tanpa penonton. "Berdasarkan saran yang kami terima dari otoritas kesehatan masyarakat, waktu yang sangat pendek tersedia bagi kami untuk menggelar kejuaraan. Kami menunjukkan bahwa penundaan bukan tanpa risiko dan kesulitan yang signifikan," bunyi pernyataan tersebut.
Australian Open, grand slam pertama pada 2020, selesai sebelum krisis virus corona meledak sehingga menghentikan hampir seluruh olahraga dunia, termasuk rangkaian turnamen ATP Tour dan WTA Tour.
Prancis Terbuka pekan lalu membuat keputusan untuk memindahkan turnamen lapangan tanah liat pada bulan September-Oktober. Yang seharusnya digelar awal Mei karena wabah.
Sementara penundaan Olimpiade Tokyo yang diputuskan pada hari Selasa kemarin berpotensi membuka slot dua pekan di kalender pada bulan Juli dan Agustus, tapi tampaknya Wimbledon tidak akan menggunakannya.
Beralih ke waktu berikutnya di tahun ini bahkan lebih kecil kemungkinannya karena Wimbledon hanya memiliki dua lapangan tertutup.
Wimbledon mengatakan sedang berkomunikasi erat dengan LTA, dan dengan ATP, WTA, ITF dan Grand Slam lainnya. Namun pembatalan terlihat semakin mungkin terjadi.
"Tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang disajikan oleh krisis COVID-19 terus memengaruhi cara hidup kita dengan cara yang tidak dapat kita bayangkan," kata kepala eksekutif AELTC Richard Lewis.