Selasa 31 Mar 2020 21:27 WIB

Kecintaan Bob Hasan pada Atletik

Kecintaannya pada olahraga lari membuat Bob Hasan bersedia memimpin PB PASI.

 Ketua Asosiasi Atletik Indonesia Bob Hasan berbicara kepada para atlet sebelum latihan sehari-hari menjelang Asian Games di Jakarta, Indonesia, 27 Juli 2018.
Foto: REUTERS/Beawiharta
Ketua Asosiasi Atletik Indonesia Bob Hasan berbicara kepada para atlet sebelum latihan sehari-hari menjelang Asian Games di Jakarta, Indonesia, 27 Juli 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia atletik Indonesia kehilangan tokoh besar bernama Bob Hasan yang meninggal dunia pada usia 89 tahun di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Jakarta, Selasa, 31 Maret 2020, pukul 11.00 WIB.

Bob Hasan atau nama lengkapnya H. Mohammad Hasan bukan sekadar Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI), tetapi dia bisa dikatakan tokoh utama dalam sejarah pembinaan olahraga atletik di tanah air. Ia menjadi ketua umum PB PASI sejak 1976 dan berlangsung terus hingga akhir hayatnya.

Baca Juga

Keterlibatan Bob Hasan di dunia atletik Indonesia ternyata bermula dari rasa sakit pada bagian belakang leher yang diderita tokoh yang bernama lahir The Kian Seng itu.

Seperti dituturkan dalam buku “99 Tokoh Olahra Indonesia (1908-1928)”, rasa sakit yang berlarut pada bagian leher terutama jika dia mengangkat tangan ke atas membuat Bob Hasan mencari cara menghilangkan rasa sakit itu.

Atas anjuran seorang kolega, ia melakukan olahraga lari dan senam. Ternyata anjuran itu manjur. Dari awalnya untuk tujuan terapi, olahraga lari kemudian menjadi bagian yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan Bob Hasan. Ia pun kemudian rutin berlari, paling sedikit lima kilometer setiap hari.

“Kalau tidak lari, badan saya terasa sakit-sakit,” kata Bob yang juga gemar bermain golf, bahkan ia juga sempat menjadi pengurus Persatuan Golf Seluruh Indonesia (PGSI), selain pengurus persatuan catur seluruh Indonesia (Percasi), Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga Indonesia, serta Persatuan Senam seluruh Indonesia (Persani).

Bob yang lahir di Semarang pada Februari 1931 memang kemudian dikenal sebagai “maniak” olahraga lari.

Sejak pertengahan tahun 1970-an, belasan tahun ia setiap hari mengitari Stadion Utama Gelora Bung Karno (dulu bernama Stadion Utama Senayan), atau naik turun bukit kecil di sekitar stadion. Ketika berlari, Bob tidak memilih waktu dan cuaca. Hujan lebat atau siang bolong yang terik, sama saja baginya. Ia akan tetap berlari. Bahkan, jika sedang di luar negeri dan menginap di hotel bertingkat, ia pantang naik lift. Ia lebih suka mendaki anak tangga darurat.

Kecintaannya pada olahraga lari membuat Bob Hasan bersedia didapuk menjadi Ketua Umum PB PASI, meskipun saat itu ia sangat sibuk sebagai pengusaha kayu, apalagi yang memintanya adalah Presiden Soeharto langsung.

"Pak Harto pesan ke saya untuk ngurus olahraga atletik," kata Bob bercerita tentang awal mulanya ia terlibat dalam kepengurusan olahraga atletik Indonesia. Bob menjadi Ketua Umum PB PASI sejak 1976 dan berlangsung hingga ia wafat.

Selama menjabat sebagai Ketua Umum PB PASI, Bob berhasil melahirkan sejumlah atlet berprestasi melalui kebijakan pembinaannya. Bob memang termasuk yang rajin mencari bibit baru ke daerah-daerah melalui para pelatih atau sejumlah kejuaraan atletik yang digelar untuk tingkat umur. Beberapa nama atlet yang bersinar di era Bob Hasan antara lain Poernomo Muhamad Yudhi, Mardi Lestari, Maria Londa, Triyaningsih, Aggus Prayogo, dan Lalu Muhammad Zohri.

Sebagai Ketua PB PASI, Bob tidak pernah tanggung-tanggung dan cepat puas. Ia tidak segan memakai kocek pribadi untuk mendanai pembinaan atlet atletik Indonesia.

Pelatih Tim Pelatda atletik DKI Jakarta, Emma Tahapary,mengakui komitmen besar Bob Hasan dalam memajukan atletik Indonesia.

"Pak Bob itu bapak yang paling super baik tidak ada yangsebaik Pak Bob dan khususnya untuk cabang olahraga atletik. Pengabdian beliau tidak ada batasnya,” kata mantan pelari nasional jarak pendek itu.

Bob memang amat mendambakan agar atlet semua cabang olahraga memiliki dasar atletik sebagai induk cabang olahraga karena dalam atletik ada semua gerakan yang dibutuhkan dalam cabang lain, seperti lari, loncat, dan lempar.

Bahkan Bob, dengan nada kesal pernah mengomentari tim sepak bola nasional yang kerap menderita kekalahan.

“Kami siap mengajari para pemain sepak bola kita bagaimana caranya berlari sprint agar tidak kalah terus jika mengejar bola,” kata Menteri Perindustrian pada era Presiden Soeharto itu.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement