Selasa 31 Mar 2020 23:56 WIB

In Picture: Pandemi Covid-19 di Tepi Barat Palestina

.

Rep: / Red: Yogi Ardhi

Pekerja Palestina mengisi tong dengan semen yang akan digunakan untuk memblokir jalan sebagai langkah untuk membatasi pergerakan karena pandemi COVID-19 yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 virus Corona di kota Hebron, West Bank, Senin (30/3). Menurut laporan, pihak berwenang Hebron memerintahkan penutupan penuh setelah tiga kasus baru Covid-19 dikonfirmasi pada 29 Maret (FOTO : EPA)

Pekerja Palestina mengisi tong dengan semen yang akan digunakan untuk memblokir jalan sebagai langkah untuk membatasi pergerakan karena pandemi COVID-19 yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 virus Corona di kota Hebron, West Bank, Senin (30/3). Menurut laporan, pihak berwenang Hebron memerintahkan penutupan penuh setelah tiga kasus baru Covid-19 dikonfirmasi pada 29 Maret (FOTO : EPA)

Pekerja Palestina mengisi tong dengan semen yang akan digunakan untuk memblokir jalan sebagai langkah untuk membatasi pergerakan karena pandemi COVID-19 yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 virus Corona di kota Hebron, West Bank, Senin (30/3). Menurut laporan, pihak berwenang Hebron memerintahkan penutupan penuh setelah tiga kasus baru Covid-19 dikonfirmasi pada 29 Maret (FOTO : EPA)

Seorang polisi Palestina mengatur lalu lintas saat penyemprotan disinfektan untuk mencegah penyebaran virus Corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit COVID-19 di kota Gaza, Senin (30/3). Menurut media setempat, sembilan dari total 97 kasus virus Corona (per 29 Maret 2020) di wilayah Palestina telah dikonfirmasi di jalur Gaza (FOTO : EPA)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Pandemi Covid-19 di daerah konflik seperti Palestina menimbulkan dilema. Antara terus maju memperjuangkan cita-cita politik atau rehat sejenak mengatur strategi menghadapi musuh bersama baru, corona.

sumber : EPA EFE
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement