Rabu 01 Apr 2020 16:27 WIB
Corona

WNI Perantau Giat Bikin Masker Kain

Membuat masker kain di luar negeri

Seorang WNI perantauan Prancis mengenakan asker kain yang dibuatnya sendiri.
Foto: Suratdunia.com
Seorang WNI perantauan Prancis mengenakan asker kain yang dibuatnya sendiri.

Oleh: Alfie Ajie Rijal. WNI Tinggal di Le Cannet, Prancis

Setelah beberapa hari dingin dan mendung, dan bahkan bersalju di beberapa kota tetangga tempat tinggal kami di Prancis, hari ini cuaca cerah dan hangat. Terlihat lebih banyak orang di luar. Ada yang sekedar membeli roti baguette di toko roti seberang rumah, ada yang menjalan-jalankan anjingnya, dan banyak di antaranya menuju supermarket dengan keranjang belanjanya.

Kota Cannes hanya sekitar 2 km dari tempat saya tinggal

Sekolah memang libur. Untuk mengisi waktunya, anak saya Butet mendesak  untuk membuat masker bersama. Memang sudah beberapa hari ini dia terlihat tertarik  saya yang mencoba membuat masker sendiri.

Seiring makin banyaknya pasien covid19, kesulitan ketersediaan alat pelindung diri (APD) memang sudah lama terasa juga di Prancis. Masker sudah termasuk menjadi barang langka. Padahal sejak awal Maret, penjualan masker sudah tidak diperbolehkan untuk umum. Semua masker diakuisisi dan pendistribusiannya dilakukan oleh negara. Prioritasnya masker diberikan  pada tenaga medis di rumah sakit. Tetapi masker itu tetap saja tidak mencukupi kebutuhan yang makin meningkat.

Masker buatan Tari Van Collem

Karena itulah beberapa rumah sakit meminta bantuan pada masyarakat untuk membuat masker homemade ini. Dari masyarakat sendiri, banyak yang berinisiatif membuatkan masker bagi pekerja non medis yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari seperti pegawai toko, petugas pos, dan petugas kebersihan yang ada di sekitar mereka.

Beberapa hari sebelumnya saya sudah sempat mencetak pola yang direkomendasikan oleh teman-teman Indonesia, yang merupakan pola rujukan dari rumah sakit Grenoble. Namun saat Jum’at lalu Afnor (semacam SNI-nya Prancis) mengeluarkan standar pembuatan masker, saya melihat proses menjahitnya sepertinya lebih mudah.

Maklum, kami tidak memiliki mesin jahit. Dan tujuan utamanya memang bukan maskernya sendiri, karena saya dan Butet sedapat mungkin tidak akan keluar rumah selama lockdown. Tujuan saya lebih ke ingin memanfaatkan waktu untuk mengajari Butet menjahit lebih lanjut. Kami pun sepakat untuk memilih salah satu dari dua model yang ditawarkan Afnor.

Masker hasil buatan kami berdua

Kami kemudian memanfaatkan kemeja batik tua. Pembuatannya pun hanya dua lapis kain saja untuk mempermudah penjahitan. Kami menjahit dengan menggunakan sisa persediaan elastik lebar dibagi dua dan kemampuan menjahit apa adanya. Jadilah masker yang kami kerjakan berdua membuat Butet bersedia difoto dan diunggah di internet.

Di media sosial sudah banyak saya lihat teman-teman perantauan yang turut membuat masker kain. Bahkan ada yang membuat tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk dibagikan ke sekitarnya. Malahan ada yang memberikan maskernya ke rumah sakit yang membutuhkan. Bravo ibu-ibu perantauan!

Ibu-ibu perantauan membuat masker kain (Sasha, Eliana, Fenty)

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement