REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas F1 telah merumahkan sementara waktu setengah dari stafnya karena pandemi corona. Sedangkan, petinggi F1 akan menerima pemotongan gaji.
Keputusan tersebut diambil mengikuti langkah sejumlah tim F1 beberapa hari terakhir. Dilansir dari BBC, Selasa (7/4), para pimpinan F1 setuju gajinya dipotong hingga 20 persen.
Meski demikian, para petinggi itu tak akan mengambil skema dari Pemerintah Inggris yang akan membayar 80 persen karyawan. Hanya saja beberapa staf akan menggunakan skema tersebut.
Ketua dan CEO F1, Chase Carey bersedia gajinya dipotong lebh dari 20 persen. Virus corona mengakibatkan F1 mengalami krisis finansial yang cukup parah. Otoritas F1 kehilangan pendapatan utama dari hak siar, sponsor, dan hosting.
Organisasi juga menggunakan hadiah dari pendapatan berdasarkan hasil tahun perlombaan 2019. Meski ada beberapa tim yang masih bisa bertahan cukup baik di tengah pandemi, namun ada tim yang kewalahan dengan kondisi keuangannya. Termasuk F1 sendiri yang kini sedang mencari cara agar keuangannya tetap sehat.
Delapan kalender F1 musim ini telah batal digelar dan kemungkinan akan terus berlanjut bulan ini karena corona belum menunjukkan akan berakhir. Carey berharap keadaan kembali normal dan bisa menggelar 15-18 balapan di musim panas. Namun harapan itu masih perlu melihat perkembangan.
F1 tengah memikirkan berbagai langkah yang harus diambil ke depannya. Termasuk jika harus menggelar balapan secara tertutup sehingga perlombaan juga tetap mematuhi kewajiban mengatur jarak antarorang demi mencegah penularan corona.