Kamis 09 Apr 2020 02:48 WIB

Ini Penyebab Turunnya Harga Ayam Hidup Menurut GPPU

Harga ayam hidup siap potong sempat anjlok ke posisi Rp 5.000 per kilogram.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Peternak memeriksa pakan ayam broiler. ilustrasi
Foto: Republika/ Wihdan
Peternak memeriksa pakan ayam broiler. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga ayam hidup siap potong atau livebird sempat anjlok hingga Rp 5.000 per kilogram pada pekan lalu. Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) menuturkan, turunnya permintaan dan over suplai dinilai menjadi penyebab utama.

Ketua Umum GPPU, Achmad Dawami, menuturkan, social distancing dan physical distancing yang diterapkan pemerintah secara tidak langsung berdampak pada permintaan ayam. Terutama, dari industri hotel, restoran, dan katering di berbagai daerah yang memilih tutup sementara.

Baca Juga

Situasi itu membuat para produsen ayam, baik peternak mandiri maupun peternak mitra perusahaan pembibitan ayam mencari pasar baru, yakni konsumen rumahan.

"Tapi, kan semua tidak siap, kaget. Akhirnya semua saling adu kekuatan menjual langsung ke konsumen, disitulah penyebabnya. Peternak mitra perusahaan jumlahnya puluhan ribu, mereka juga harus mencari penghidupan," kata Dawami kepada Republika.co.id, Rabu (8/4).

Saat ini, lanjut Dawami, berdasarkan arahan Kementerian Pertanian, perusahaan pembibitan diminta untuk tidak memasarkan ayam hidup kepada para pedagang ayam besar.

Dengan kata lain, pasar diberikan kepada mereka para peternak mandiri. Hal itu berlaku hingga 12 April 2020. Namun, lanjut Dawami, produksi tetap dilakukan oleh para peternak mitra perusahaan.

Pasca itu, kegiatan akan kembali normal. Sebab baik perusahaan pembibitan maupun para peternak mitranya tak bisa menunda penjualan dalam waktu lama karena akan berkaitan dengan usia ternak dan kebutuhan pakan yang saat ini terbatas akibat ada social distancing.

Ia pun mengakui bahwa saat ini masih terjadi over suplai ayam dalam negeri. Itu terlihat dari situasi harga yang masih cukup rendah. Karena itu, beberapa perusahaan saat ini ada yang melakukan pemusnahan bibit ayam atau cutting untuk menyeimbangkan neraca.

Hanya saja, langkah itu dilakukan secara masing-masing sehingga tidak terdata oleh Kementerian Pertanian. Berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya, langkah pemusnahan dikoordinir oleh Kementan sehingga setiap perusahaan yang melakukan pemusnahan bibit ayam tercatat.

"Kalau mau dilakukan cutting lagi dan terdata semua itu harus pemerintah yang memutuskan. Yang jelas sekarang perusahaan-perusahaan sudah cutting sendiri karena ayam pun kurang laku akibat berlebih," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Kementerian Pertanian, Sugiono, menuturkan, Kementan telah beberapa kali menggelar pertemuan dengan beberapa pihak terkait untuk membahas masahal harga ayam. Ia menyebut bahwa Kementan sudah mengetahui penyebab anjloknya harga ayam.

"Kami sedang membahasnya dengan semua pelaku bisnis perunggasan dan mencarikan jalan keluar yang baik bagi peternak," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement