Senin 13 Apr 2020 17:07 WIB

Keteguhan Hati Sahabat Nabi, Abdullah bin Mas'ud

Sahabat Nabi SAW, Abdullah bin Mas'ud tak gentar diintimidasi orang musyrik

Ilustrasi Sahabat Nabi
Foto: Mgrol120
Ilustrasi Sahabat Nabi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abdullah bin Mas’ud merupakan seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang mulia. Ia dikenang sebagai pakar ilmu hadis sekaligus teladan dalam berislam. Iman dalam dadanya begitu kokoh. Suatu peristiwa membuktikan hal ini.

Waktu itu, kaum Muslimin masih dalam bayang-bayang penindasan pemuka Quraisy di Makkah. Sebelum tiba perintah untuk berhijrah, para pengikut Rasulullah SAW rata-rata terdiri atas masyarakat papa, lemah, dan berjumlah sedikit pula. Namun, mereka begitu mencintai Allah dan Rasul-Nya. Tak gentar sedikit pun dalam menghadapi ancaman orang-orang kafir.

Baca Juga

Suatu hari, beberapa sahabat Nabi SAW berkumpul. Mereka memikirkan cara agar dakwah agama ini terus berkembang di Kota Makkah.

“Demi Allah,” kata salah seorang dari mereka, “Orang-orang Quraisy itu tak pernah sekalipun mendengar Alquran dibacakan dengan suara lantang.”

Para sahabat yang lain setuju dengan pendapat ini.

“Namun, siapakah di antara Muslimin yang mau membacakan Alquran untuk mereka secara lantang?” tanya seseorang lagi.

Abdullah bin Mas’ud yang ada di antara mereka lantas menunjuk dirinya. Para sahabat lantas terkejut. Mereka tak menyangka Ibnu Mas’ud langsung menerima “tantangan” ini.

“Sungguh, kami khawatir bila orang-orang musyrik itu berbuat jahat kepadamu. Yang kami inginkan, seseorang yang memiliki suku atau sanak famili yang dapat melindungi jika siapapun datang mengancam,” kata seorang dari mereka.

“Biarkan aku melakukannya,” ujar Ibnu Mas’ud tegas, “Insya Allah, Allah-lah yang akan melindungiku!”

Maka, Abdullah pun beranjak pergi meninggalkan mereka. Ia lantas menuju Maqam Ibrahim, yakni satu titik di dekat Ka’bah. Masa itu, bangunan suci tersebut dikotori macam-macam berhala yang dipuja-puja kaum musyrikin. Pada pagi itu, orang-orang Quraisy masih tampak ramai.

Sementara itu, Abdullah bin Mas’ud mengambil posisi di samping Maqam Ibrahim. Setelah mengucapkan a’udzubillahi mina syaithon ar-rajim, ia pun memulai membaca Alquran. Yakni, surah ar-Rahman.

Terus saja Ibnu Mas’ud membacakan Kalamullah itu. Orang-orang Quraisy pun memperhatikannya dengan terheran-heran. Sebagian berkata kepada yang lain, “Apa yang sedang dikatakan Ibnu Ummi Abd (panggilan Abdullah bin Mas’ud –Red) itu?”

Tiba-tiba, seorang lelaki berteriak, “Wahai manusia! Sesungguhnya dia sedang membaca sebagian bacaan yang dibawa Muhammad!”

Sontak saja, kerumunan massa mengepung Ibnu Mas’ud. Mereka langsung memukulinya. Wajah sang sahabat Nabi SAW itu pun babak belur. Tubuhnya lunglai dan terhempas di atas jalan. Namun, lisannya tak berhenti.

Dalam keadaan dipukuli pun, ia tetap meneruskan bacaan surah ar-Rahman. Orang-orang musyrik pun kian marah. Mereka kembali lagi menghajar Ibnu Mas’ud.

Setelah gerombolan itu pergi, Abdullah bin Mas’ud pun bangkit berdiri. Ia segera didatangi para sahabatnya.

“Inilah yang kami khawatirkan akan terjadi padamu,” katanya.

Namun, Ibnu Mas’ud cepat menimpali, “Sungguh, sekarang musuh-musuh Allah itu benar-benar menjadi semakin hina bagiku. Jika kalian mau, besok pun aku akan melakukan hal yang sama kepada mereka.”

sumber : Islam Digest Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement