REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hanya dalam hitungan hari, umat Islam akan memasuki bulan suci Ramadhan. Pada bulan ini, setiap Muslim diwajibkan untuk berpuasa dan dianjurkan menjalankan ibadah lainnya. Sebab, nilai pahalanya pun berkali-kali lipat.
Ramadhan juga dapat dianggap sebagai bulan bagi keluarga. Sebab, pada bulan ini keluarga Muslim bisa semakin merekatkan hubungan antaranggotanya sembari mencari berkah bersama.
Kewajiban berpuasa Ramadhan tercantum dalam surah al-Baqarah ayat 183. Tak jauh dari itu, tepatnya pada ayat ke-187, Allah SWT mengatur tentang hubungan dalam keluarga, khususnya saat bulan Ramadhan.
Dalam surah al-Baqarah ayat 187, Allah SWT berfirman, yang artinya, "Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu.
Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beriktikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa."
Ayat itu juga menegaskan, dalam keadaan sesibuk apa pun, janganlah seorang Muslim melalaikan hak pasangannya dalam keluarga. Berhubungan badan atau bersayang-sayangan antarpasangan yang sah dalam ajaran Islam bukanlah sekadar persoalan syahwat. Sebab, ada efek menenangkan dan nyaman yang dirasakan setelah melakukannya.
Letak ayat tersebut yang sesudah ayat tentang kewajiban berpuasa dapat ditafsirkan sebagai berikut. Allah SWT menginginkan bulan Ramadhan sebagai momentum perbaikan hubungan dengan pasangan, termasuk untuk menguatkan nilai-nilai agama dalam keluarga Muslim.
Ada ba nyak kegiatan selama Ramadhan dan berpuasa yang dapat dimanfaatkan untuk berkumpul, saling mendekat antarkeluarga, dan menambah ilmu agama serta pahala.
Sebagai contoh, kegiatan sahur ataupun berbuka puasa. Jika dilakukan secara bersama-sama antara orang tua dan anak serta rutin, ini bisa menambah keakraban di antara anggota keluarga. Bahkan, saat makan bersama terkandung berkah di dalamnya.
Dalam Fathul Baari 9/446 Ibnu Hajar mengatakan, "Dalam hadis dari Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Thabrani terdapat keterangan tentang illat (sebab) terjadinya hal di atas. Pada awal hadis tersebut dinyatakan, 'Makanlah bersama-sama dan janganlah sendiri-sendiri karena sesungguhnya makanan satu orang itu cukup untuk dua orang.'
Hadis ini menunjukkan, makanan satu orang itu mencukupi untuk dua orang dan seterusnya adalah disebabkan keberkahan yang ada dalam makan bersama. Semakin banyak jumlah orang yang turut makan, maka keberkahan semakin bertambah."
Diriwayatkan dalam HR Abu Daud, dari Wahsyi bin Harb dari bapaknya dari kakeknya, "Se sungguhnya para sahabat Rasulullah SAW pernah mengadu, 'Wahai Rasulullah sesungguhnya kami makan, tetapi tidak merasa kenyang.'
Nabi bersabda, 'Mungkin kalian makan sendiri-sendiri?',
'Betul', kata para sahabat.
Nabi lantas bersabda, 'Makanlah bersama-sama dan sebutlah nama Allah sebelumnya, tentu makanan tersebut akan diberkahi'."
Maka, sayang sekali bila momen Ramadhan justru dilewatkan dengan sibuk beraktivitas dengan gawai (gadget). Jangan sampai benda-benda mati malah melalaikan diri dari membangun keakraban, mengobrol antarkeluarga.