REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Gubernur Riau Syamsuar menyatakan Kota Pekanbaru yang merupakan ibu kota provinsi, sudah masuk dalam zona merah penyebaran Covid-19. Sebab itu, perlu ada peningkatan kewaspadaan dari semua pihak dari warga dan juga kepala daerah lainnya.
“Riau ini, salah satunya Kota Pekanbaru sudah tergolong terjangkit, zona merah. Kita ini sudah masuk daerah terjangkit, kalau daerah terjangkit kita harus waspada,” kata Syamsuar di Pekanbaru, Senin (13/4).
Menurut dia, kasus positif Covid-19 di Riau khususnya Pekanbaru sudah terjadi penularan transmisi lokal. Bahkan, ia mengatakan ada pasien yang terkonfirmasi positif padahal tidak menunjukkan gejala dan tidak ada riwayat dari daerah terjangkit.
Karena itu, ia berharap pemerintah daerah harus meningkatkan upaya pencegahan, dan mendukung strategi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang akan segera diberlakukan di Kota Pekanbaru.
Menteri Kesehatan sudah menyetujui usulan PSBB di Pekanbaru, dan pemerintah kota setempat sedang mempersiapkan payung hukum pelaksanaannya.
Syamsuar meminta kepada kepala daerah di daerah tetangga Kota Pekanbaru untuk juga mempersiapkan PSBB di daerahnya masing-masing agar strategi memutus mata rantai virus corona jenis baru itu bisa serentak dan efektif.
“Perlu adanya peningkatan kewaspadaan kesadaran masyarakat yang sungguh-sungguh agar pandemi ini tidak meluas terjadi di Provinsi Riau yang kita cintai ini,” ujarnya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Riau pada Senin (13/4/2020) jumlah positif Covid-19 bertambah jadi 20 orang.
Baru ada dua pasien yang dinyatakan sehat, sedangkan sudah ada dua warga yang meninggal dunia sebelum sempat mendapat perawatan kesehatan dan terkonfirmasi positif Covid-19.
Pasien positif Covid-19 paling banyak di Kota Pekanbaru, yakni 11 kasus. Dari jumlah itu baru ada satu orang yang sehat, dan yang meninggal sudah dua orang.
Syamsuar mengatakan di Riau kini ada 123 pasien dalam pengawasan (PDP) yang masih dirawat. Kemudian sudah ada 102 PDP terbukti negatif COVID-19 dan dipulangkan. Namun, ada 18 PDP yang telah meninggal dunia. Sedangkan, untuk orang dalam pemantauan (ODP) kini mencapai 12.874 orang.