REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bayu Adji P
Satu warga Kampung Gunung Siman, Kelurahan Cigantang, Kecamatan Mangkubumi, berinisial AU (35 tahun) telah diizinkan untuk kembali ke rumahnya setelah sekira 16 hari menjalani isolasi di salah satu rumah sakit di Kota Tasikmalaya. Kedatangannya kembali ke rumah disambut oleh warga sekitar rumahnya. Sebuah spanduk besar berisikan penerimaan warga membuatnya lega.
Sebelum kembali ke rumahnya Sabtu lalu, perempuan yang bekerja di salah satu rumah sakit di Kota Tasikmalaya itu divonis positif coronavirus disease 2019 (Covid-19) pada 27 Maret 2020 melalui uji cepat atau rapid test. Setelah diketahui positif dari hasil rapid test, ia harus menjalani isolasi di salah satu rumah sakit di Kota Tasikmalaya.
"(Tanggal) 27 (Maret) itu saya melakukan isolasi di sebuah rumah sakit. Saat isolasi saya mengikuti arahan dan prosedur yang ada," kata dia, kepada wartawan melalui rekaman video, Senin (13/4).
Selama menjalani isolasi di rumah sakit, AU selalu mengonsumsi makanan yang bergizi, vitamin, serta obat-obatan yang diberikan oleh petugas medis yang merawatnya. Ia pun mematuhi anjuran pola hidup bersih dan sehat, dengan cara cuci tangan mengunakan sabun, sebelum atau setelah melakukan aktivitas selama di rumah sakit.
Tak mudah baginya menjalani isolasi di rumah sakit selama sekira 16 hari. Karena, menurut dia, memang tak mudah bahwa dirinya ketika itu terpapar Covid-19.
Namun, ia selalu menanamkan pikiran kalau penyakit itu dapat terobati. Optimisme akan kesembuhan ditanamkan sediri dalam pikirannya.
"Harus itu. Karena dengan kita semangat untuk sehat, insyaallah semuanya akan terlewati dan baik-baik saja. Tentunya dengan mengikuti semua arahan dari rumah sakit," kata dia.
Ia berpendapat, setiap kejadian buruk yang menimpa pasti memiliki hikmah di baliknya. Ia meyakini ada sesuatu hal yang lebih baik setelah ujian tersebut.
Karena itu, ia berpesan kepada pasien Covid-19 yang saat ini berjuang menjalani isolasi di rumah sakit, untuk tetap semangat dan berpikiran positif. "Kesampingkan dulu berita apa pun yang membuat kita down," ucap dia.
Selain itu, selama menjalani isolasi di rumah sakit, ia selalu berserah diri kepada Allah SWT, tawakal, berdoa, dan harus ekstra bersabar. Sebab, ia meyakini segala penyakit datang ketika Allah menghendaki dan akan kembali kepada Allah dengan kehendaknya.
"Saya selalu berdoa diberikan kekuatan dan kesabaran unyuk menghadapi ini. Saya juga pikirkan keluarga, anak-anak, dan orang di sekitar saya. Saya tidak mau mereka semua terkena hal sama," kata dia.
Ia juga mengajak setiap orang untuk memberi dukungan dan doa kepada pasien yang masih berjuang melawan Covid-19. Sebab, dukungan dan doa itu sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan.
Menurut dia, kondisi psikis pasien ketika menjalani isolasi di rumah sakit sangat terganggu. Dengan adanya dukungan, kondisi psikis pasien akan menguat, bukan justru sebaliknya.
Sementara untuk masyarakat yang masih sehat, ia berpesan untuk mengikuti anjuran pemerintah. Mulai dari tetap di rumah, menerapkan social dan physical distancing, menggunakan masker, untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Sedangkan kepada para petugas medis, ia menyampaikan salamnya agar tetap semangat. Meski harus setiap hari berhadapan dengan pasien positif, mereka tetap profesional dalam menjalani tugasnya.
"Mereka pantang menyerah, tidak takut menjadi garda terdepan dan bertemu saya selaku pasien positif. Mereka juga selalu berikan semangat, dukungan, dan doa luar biasa kepada saya," kata dia.
AU juga merasa bahagia sekaligus terharu, ketika warga sekitar rumahnya menyambut hangat saat dirinya diperbolehkan pulang ke rumahnya untuk menjalani isolasi mandiri. Ia bangga dengan perlakuan warga sekitar rumahnya, yang juga bahagia melihatnya kembali pulang.
"Yang awalnya saya takut ditolak keluarga, warga, tapi di kuar dugaan saya disambut dengan sangat baik. Terima kasih kepada semua pihak terkait, warga, aparat, rumah sakit. Semoga wabah ini segera berakhir," kata dia.