Selasa 14 Apr 2020 15:34 WIB

Indonesia Terancam Resesi, Menkeu: Kita Upayakan tak Terjadi

Pertumbuhan ekonomi terancam ketika PDB Indonesia negatif selama dua kuartal.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolandha
Menkeu Sri Mulyani Indrawati. Pemerintah menghadapi ancaman resesi ekonomi bila pandemi Covid-19 berlangsung lama di Indonesia. Dalam skenario terburuk yang disiapkan pemerintah, pertumbuhan negatif produk domestik bruto (PDB) nasional bisa terjadi berurutan pada pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini.
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Menkeu Sri Mulyani Indrawati. Pemerintah menghadapi ancaman resesi ekonomi bila pandemi Covid-19 berlangsung lama di Indonesia. Dalam skenario terburuk yang disiapkan pemerintah, pertumbuhan negatif produk domestik bruto (PDB) nasional bisa terjadi berurutan pada pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menghadapi ancaman resesi ekonomi bila pandemi Covid-19 berlangsung lama di Indonesia. Dalam skenario terburuk yang disiapkan pemerintah, pertumbuhan negatif produk domestik bruto (PDB) nasional bisa terjadi berurutan pada pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini.

"Kalau kita kondisinya akan berat cukup panjang kemungkinan bahkan akan terjadi resesi dimana dua kuartal berturut-turut Indonesia GDP-nya bisa negatif. Ini yang sedang kita upayakan untuk tidak terjadi," jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani usai mengikuti rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi), Selasa (14/4).

Baca Juga

Kendati ada skenario terburuk disiapkan, ujar Sri, pemerintah berupaya sekuat tenaga untuk menghindari terjadinya resesi. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 ini mau tak mau akan bergantung pada jejak penanganan Covid-19.

Perlambatan ekonomi diperkirakan paling terasa pada kuartal kedua dan ketiga tahun 2020. Pada kuartal kedua misalnya, ekonomi nasional diprediksi tumbuh mendekati nol di angka 0,3 persen atau yang terburuk, minus 2,6 persen. Sementara kuartal ketiga diprediksi akan ada pemulihan sehingga pertumbuhan ekonomi mulai bergerak di angka 1,5 persen sampai 2,8 persen.

"Memang sangat berat namun kita menghadapi kondisi yang luar biasa dan kami coba untuk atasi," ujar Sri.

Mengantisipasi hal ini, pemerintah akan memprioritaskan belanja negara untuk tiga sektor, yakni kesehatan untuk penanganan Covid-19, jaring pengaman sosial, dan dukungan terhadap pengusaha termasuk UMKM.

"Mulai sektor informai, sektor UMKM, dengan dunia usaha. Karena ini akan pengaruhnya terhadap PHK dan dampak sosial lainnya," kata Sri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement