REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ditengah pandemi Covid-19 yang melanda tanah air bahkan hampir seluruh dunia, nilai ekspor pada sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang positif.
Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis perkembangan ekspor dan impor pada Maret 2020. Sektor pertanian mengalami kenaikan nilai ekspor pada periode Januari- Maret 2020. Disebutkan bahwa ekspor hasil pertanian mengalami pertumbuhan secara year on year (YoY) pada periode yang sama sebesar 16,23 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, Nilai ekspor Indonesia Maret 2020 mencapai US$14,09 miliar atau meningkat 0,23 persen dibanding ekspor Februari 2020. Sementara dibanding Maret 2019 menurun 0,20 persen.
Sektor pertanian mengalami peningkatan ekspor tertinggi YoY dibanding sektor lainnya yang cenderung turun, sedangkan pada sektor industri pengolahan yang sebagian bahan bakunya juga berasal dari pertanian juga mengalami peningkatan namun masih di bawah pertanian, yaitu sebesar 10,11 persen.
” Ekspor nonmigas Maret 2020 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu sebesar US$1,98 miliar, disusul Amerika Serikat sebesar US$1,57 miliar dan Jepang sebesar US$1,14 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 34,99 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar US$1,22 miliar ,“ ujarnya melalui keterangan pers, Rabu (15/4).
Sementara itu menurut data BPS upah nominal harian buruh tani nasional pada Maret 2020 juga mengalami kenaikan ditengah pandemi Covid-19 sebesar 0,15 persen dibanding upah buruh tani Februari 2020, yaitu dari Rp55.173,00 menjadi Rp55.254,00 per hari.
Terkait hal itu, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo saat ini terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan neraca perdagangan melalui lalu lintas ekspor. Peningkatan dilakukan dengan menargetkan peningkatan ekspor pertanian tiga kali lipat melalui program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks). Gratieks dilakukan secara bertahap, terukur, terencana pada kurun waktu 4 tahun mendatang secara bersama-sama.
Gratieks tersebut merupakan ajakan kepada seluruh pemegang kepentingan pembangunan pertanian untuk bekerja dengan cara yang tidak biasa. Bekerja dengan memanfaatkan teknologi, inovasi, jejaring, dan kerja sama yang kuat.”Keberhasilan program peningkatan ekspor pertanian ini dapat dilihat dari naiknya nilai ekspor ,“ ujarnya
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri menambahkan naiknya ekspor komoditas pertanian menjadi bukti pertanian dapat menjadi penopang ekonomi nasional."Bila petugas kesehatan adalah front liner, maka petani adalah backliner dimasa pandemi ini. Kita berterima kasih mereka terus menjaga makanan dan ekonomi nasional," jelasnya.
Menurut Kuntoro, meski negara dalam kondisi pandemi Covid 19, pemerintah tidak berdiam diri. Bukan hanya membahas strategi, Kementan dibawah Komando Mentan Syahrul Yasin Limpo fokus membahas solusi.
Di antaranya, sambungnya, yakni dengan mendorong pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat terus digenjot untuk sektor pertanian. Kebijakan ini dikeluarkan sebagai upaya memberikan fasilitas permodalan untuk usahatani. Kredit KUR pertanian adalah layanan dalam mendukung usaha tani supaya mereka tetap bertahan dari gejolak dan krisis. "Insya Allah, layanan ini menjadi tumpuan solusi yang bermanfaat sekali bagi kekuatan ekonomi pertanian," ucapnya.
Selanjutnya dikatakan Kuntoro, Kementan juga mengalokasikan subsidi pupuk sebesar Rp 26,60 triliun dalam RAPBN 2020. Tentu alokasi uang sebesar ini diperuntukan agar petani tetap menggunakan pupuk berkualitas dengan harga yang terjangkau. "Kami yakin, ini juga bagian dari solusi yang bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan mendorong ekspor," tekanya.
Berbagai program untuk peningkatan produksi melalui perbaikan sarana dan prasarana pertanian juga terus didorong. Fasilitas layanan pertanian dan penyuluhan ditingkatkan. Pemanfaatan hasil litbang pertaniam, seperti bibit unggul juga didorong."Bicara ekspor, Kementan trus mendorong secara maksimal. Target peningkatan ekspor sebanyak 3 kali lipat, melalui Program Gratieks Kementan tetap berjalan, dengan berbagai upaya akselerasi dan fasilitasi kemudahan ekapor," tutur Kuntoro.
"Begitu juga dengan target peningkatan produksi yang mencapai 7 persen melalui berbagai upaya inovasi budidaya, bibit unggul, sampai pengurangan kehilangan hasil panen terus didorong," tegas dia.