Kamis 16 Apr 2020 19:34 WIB

'Masyarakat Harus Selektif Pilih Informasi Saat Pandemi'

Pemerintah bersama pihak terkait lainnya juga harus aktif melakukan imbauan.

Virus Corona (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Virus Corona (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah kesulitan masyarakat dalam menghadapi wabah Covid-19 ini masih saja ada pihak-pihak yang menyebarkan hoaks dan provokasi. Hasutan, provokasi dan ajakan untuk melakukan anarki tentunya menjadi problem di tengah pandemi ini. Karena itulah, masyarakat harus didorong untuk cerdas mengenali informasi dan tidak mudah terprovokasi.

Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Dr Mohammad Kemal Dermawan menyarankan masyarakat untuk lebih selektif dalam memilih informasi yang ada dan menghindari berita-berita yang berisi provokasi yang tentunya bisa merugikan bangsa ini di tengah pandemi Covid-19.

“Masyarakat harus bisa memilih berita yang berasal dari sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan, seperti berita imbauan dan sosialisasi kebijakan dari pemerintah. Di lain pihak, pemerintah bersama pihak terkait lainnya juga harus aktif melakukan imbauan kepada masyarakat untuk tidak mudah percaya dengan suatu informasi yang belum jelas kebenarannya dan senantiasa mengkonsumsi berita-berita atau informasi tandingannya,” ujar Mohammad Kemal Dermawan di Jakarta, Kamis (16/4/).

Terkait hal ini, menurut Kemal status sosial masyarakat secara umum juga telah membedakan kemampuan warga masyarakat dalam menyeleksi konten berita dan dalam memilih sumber berita. Apalagi kemudian jika dikaitkan dengan nasib kehidupan mereka.

“Contohnya, masyarakat dalam tingkat status sosial dan ekonomi yang rendah, ketika menerima informasi tentang kondisi lock down dan lalu dikaitkan dengan penghasilan mereka sehari-hari yang akan terdampak. Hal ini bisa membuat masyarakat menengah kebawah lebih mudah terprovokasi dengan berita-berita yang terkait akibat dampak lock down tersebut karena itu menyangkut kehidupan mereka,” tutur mantan Kepala Departemen Kriminologi UI tersebut.

Dr Kemal mengatakan bahwa hal seperti adanya berita provokasi tersebut tentu akan lebih sulit terjadi kepada masyarakat dengan status sosial dan ekonomi yang lebih tinggi.  Karena masyarakat kelas ini memiliki kemampuan bertahan hidup secara ekonomi yang berbeda dengan warga masyarakat dengan status sosial dan ekonomi rendah.

"Sehingga masyarakat yang status sosial ekonomi yang lebih tinggi ini tidak mudah terprovokasi. Karena mereka tentunya akan menyeleksi berita yang mengajak kedamaian dan mana berisi yang ajakan melakukan anarkis. Karena kalau mereka memilih berita yang mengajakkan anarki tentu malah akan merugikan mereka sendiri nantinya," ungkap  Kemal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement