REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gorontalo Utara akan meminta intervensi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Gorontalo untuk kecukupan stok gula di daerah itu.
"Hingga April 2020, daerah ini mengalami minus untuk kebutuhan gula pasir mencapai 57,38 ton," ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan Gorontalo Utara, Rian Sukardi, Kamis (16/4).
Hal itu dipicu tingkat permintaan tidak sama dengan pasokan gula pasir untuk daerah ini. Pasar lokal masih mengandalkan gula impor, sementara pasokannya berkurang di tengah wabah Covid-19.
Namun, ada kabar gembira yang ia terima. Pabrik gula Tolangohula memiliki stok sebanyak 3.500 ton menghadapi Ramadhan tahun ini.
"Kita akan memasukkan permohonan ke Pemprov, agar mendapat intervensi untuk pasokan gula dari Tolangohula tersebut," ujarnya.
Beberapa produk yang juga mengalami minus pasokan, seperti sayuran, buah-buahan, ayam potong, dan telur ayam. Sementara untuk minyak tanah, dan garam beryodium mengalami surplus.
Sama halnya dengan stok beras yang hingga Oktober 2020, diprediksi surplus mencapai 2.008 ton. Rian sudah menyurati para pemilik gudang beras untuk tetap menjaga ketersediaan dengan tidak memasarkan beras ke luar daerah selama masa darurat Covid-19 ini untuk menjaga ketersediaan.
Namun, ia tidak membatasi pembelian oleh pedagang lokal agar harga tidak mengalami kenaikan. Meski diakuinya, kenaikan harga beras di tingkat lokal saat ini terjadi, dipengaruhi kondisi pandemi Covid-19.
"Kenaikan beras terjadi, seiring musibah wabah Covid-19 padahal panen raya berlangsung," katanya.
Di sejumlah pasar tradisional, harga beras berkualitas bagus dijual rata-rata R p530 ribu per karung atau naik Rp 5.000 per karung dari pekan lalu. Sementara beras berkualitas rendah, berada dikisaran Rp 450 ribu per karung atau stabil dikisaran Rp 9.000 per kilogram.