Senin 20 Apr 2020 14:09 WIB

Guru Mengaji Dituntut Tambah Ikhtiar Menjemput Rezeki

Guru mengaji harus memiliki keahlian dan kemandirian ekonomi.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Ani Nursalikah
Guru Mengaji Dituntut Tambah Ikhtiar Menjemput Rezeki. Seorang anak tengah mengaji secara daring dengan guru ngaji di tengah wabah virus corona.
Foto: Antara
Guru Mengaji Dituntut Tambah Ikhtiar Menjemput Rezeki. Seorang anak tengah mengaji secara daring dengan guru ngaji di tengah wabah virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 telah merusak seluruh tatanan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, terutama masyarakat menengah ke bawah, salah satunya guru mengaji. Meski demikian, guru mengaji dituntut menambah ikhtiarnya agar lebih kreatif dalam menjemput rezeki.

"Dalam kondisi ini, bukan hanya persoalan ubudiyah yang jadi persoalan, tetapi virus ini merangsek dan merusak semua tatanan kehidupan termasuk masalah ekonomi nasional dan personal," kata Pengasuh Pondok Pesantren Integrasi Alquran (PPIQ) Bandung, KH Iskandar Mirza saat dihubungi, Senin (20/4).

Baca Juga

Menurut Dosen Pasca Sarjana UNINUS Bandung ini, pandemi ini membuat efek domino di setiap lapisan masyarakat. "Virus ini menyeret mereka terpaksa harus berhenti dan tidak bisa mengajar mengaji baik di sekolah maupun privat dari rumah ke rumah. Jaga jarak sosial ini menjadikan mereka mandek pendapatannya, lalu bagaimana dengan nasib mereka," katanya.

Menurutnya, dalam pandangan aqidah, para guru mengaji tak perlu khawatir dengan gaji dan harus yakin dengan rezeki. Katanya, gaji boleh jadi datangnya dari tempat di mana ia mengajar, tetapi rezeki bisa hadir dan datang dari arah yang tidak diduga-duga.

"Yang terpenting ia meyakini. Barang siapa yang beriman kepada Allah, maka Allah akan memberinya jalan keluar, dan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka," katanya.

Oleh karena itu itu, guru mengaji telah diberi peluang emas oleh Allah dengan adanya pademi ini untuk meningkatkan taqwanya dalam rangka ikhtiar insaniyah, untuk mengundang rezeki langit dan bumi, agar turun dan keluar dari arah yang tak di sangka-sangka. Namun, kata KH Mirza, dalam perspektif syariah, guru ngaji dituntut harus menyemangati ikhtiarnya agar lebih kreatif dalam menjemput rezeki. Guru ngaji kata dia, tidak boleh hanya mengandalkan gaji sebagai guru mengaji, tetapi harus memiliki keahlian dan kemandirian ekonomi.

Guru mengaji harus lebih kreatif sehingga keahliannya dapat lebih berdaya dan bermanfaat lagi. KH Mirza mengatakan mengaji bisa online sehingga tak ada alasan mengajar mengaji berhenti.

"Jika kedua perspektif ini dipadukan antara aqidah dan syariah, ia akan menghasilkan akhlaq mulia, salah satunya pantang bagi guru ngaji mengemis dan jadi peminta-minta di tengah ujian wabah ini," katanya.

Namun, kata KH Mirza, masyarakat juga harus adil melihat tidak semua guru mengaji memiliki kemampuan dan kreativitas ekonomi mandiri, maka tak salah bila kita ikut meringankan beban hidup mereka.

"Karena mereka tergolong makhluk mulia fii sabilillah," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement