REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Banda Aceh menyatakan seluruh tunanetra yang berprofesi sebagai tukang pijat terpaksa menganggur akibat wabah virus corona. Mereka terutama berada di ibu kota Provinsi Aceh dan sekitarnya.
"Kami sangat mengharapkan perhatian dari semua pihak, karena kemungkinan tidak bisa melakukan aktivitas bekerja hingga bulan suci Ramadhan," ujar Ketua Pertuni Banda Aceh Muhammad Nur, Rabu (22/4).
Ia menerangkan bahwa salah satu tindakan pencegahan COVID-19 adalah pemberlakuan physical distancing atau menjaga jarak per individu. Hal ini mengakibatkan profesi ditekuni tunanetra dalam mencari nafkah menjadi sangat kesulitan.
Lazimnya setiap pada kondisi normal, lanjut dia, kaum tunanetra di sana bisa mendapatkan minimal Rp 60 ribu yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tapi dewasa ini mereka hanya mengandalkan kepedulian dari berbagai pihak.
"Kondisi kami sebelumnya begitu terbatas. Apalagi dengan munculnya covid-19, otomatis membuat kehidupan semakin memprihatinkan," kata dia.
Ia mengaku, pihaknya telah mendapatkan bantuan. Namun bantuan yang diterima tersebut, belum mencukupi kebutuhan keluarga mereka terutama kebutuhan pokok sehari-hari.
"Jumlah anggota Pertuni di Banda Aceh sekitar 50 orang, sementara jumlah total mereka bersama keluarga ada 89 orang," kata Nur.
Kepala Program Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh, Laila Khalidah, mengatakan, telah menyerahkan bantuan paket pangan yang disalurkan pihaknya bersama Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Banda Aceh pekan lalu.
Ia menyebut, kondisi tunanetra di Banda Aceh kemungkinan juga dialami oleh tunanetra di daerah lain di Indonesia. "Insya Allah, kita terus berikhtiar mencari donatur dan mendistribusikan paket bantuan kepada kalangan kurang mampu," kata dia.