REPUBLIKA.CO.ID, SERANG — Kisah seorang warga Kelurahan Lontar baru, Kecamatan Serang, Kota Serang, Provinsi Banten, Yuli Nur Amelia (42 tahun), yang mengaku tidak makan dua hari cukup menghebohkan. Terlebih, Yuli akhirnya meninggal dunia pada Senin (20/4) yang belum dipastikan penyebabnya.
Beragam respons dan penuturan orang banyak bermunculan atas kejadian ini. Bahkan, tidak sedikit yang mengaku tidak percaya Yuli beserta keluarga tidak makan selama itu.
Salah seorang sukarelawan yang pertama kali menemukan keluarga Yuli, Dinar, menjelaskan fakta-fakta sejak pihaknya membantu keluarga Yuli pada Jumat (17/4) siang hingga Senin (20/4). Berikut fakta-fakta penuturannya.
1. Benar-benar tidak makan dua hari
Dinar menyebut pihaknya mengetahui informasi bahwa keluarga Yuli tidak makan dua hari setelah salah seorang anak Yuli menghubunginya pada Jumat (17/4) pagi. Ia baru datang ke rumah Yuli pada siang hari setelah mengumpulkan bantuan.
Saat datang ke rumah keluarga tersebut, Dinar menuturkan, keluarga tersebut dalam kondisi memprihatinkan. Tidak ada makanan apa pun yang ia lihat di rumah tersebut.
"Terakhir mereka makan itu hari Rabu (15/4) karena punya uang Rp 15 ribu yang dibelikan mi instan, mie isi dua. Saya ingat banget mereka bilang itu. Tapi, setelah hari itu, enggak makan sampai bantuan kita datang di hari Jumat siang," kata Dinar.
Saat bantuan sampai, anak Yuli bahkan langsung membuka makanan ringan yang ada di dalam paket bantuan tersebut. "Di bingkisan itu kan ada kue atau makanan ringan, itu langsung dibuka, buat ganjel perut," katanya.
2. Malu meminta pertolongan warga terus
Menurut Dinar, tetangga atau masyarakat sekitar sudah sering membantu keluarga tersebut. Namun, pada Rabu (15/4) hingga Jumat (17/4) pagi mereka mengaku malu terus meminta tetangga untuk kebutuhan makan.
"Tetangga itu peduli. Ada ibu angkatnya juga di sana lebih peduli, setiap tahu enggak punya uang atau enggak makan pasti diajak makan. Tapi, namanya orang lama-kelamaan malu kalau dibantu terus," ujarnya.
Sementara itu, penghasilan suami Yuli terakhir didapat pada Rabu (15/4) hanya sebesar Rp 15 ribu. "Mereka ini termasuk yang terdampak Covid-19. Penghasilan terakhir suaminya Rp 15 ribu. Anak yang biasanya bantu pemasukan juga tidak kerja lagi karena dirumahkan. Gaji terakhir anaknya juga enggak dikasih sama tempat kerjanya," katanya.
3. Pisang goreng, beras menumpuk, dan rokok di rumah Yuli
Dinar menyanggah keterangan Wali Kota Serang yang menyebut keluarga Yuli sebenarnya makan selama dua hari tersebut. Wali Kota bahkan menuturkan petugas Dinas Sosial Kota Serang menemukan tumpukan beras. Ada makanan pisang goreng. Bahkan, suami Yuli bisa merokok.
"Kami datang Jumat siang. Keesokannya itu mulai mengalir bantuan dari polisi, tentara, parpol; dan Sabtu sore baru datang Dinsos dan kelurahan. Jadi, jelas sudah banyak bantuan ketika Dinsos datang. Kita juga memberi bantuan uang. Jadi, kalau Dinsos lihat suami Yuli bisa beli rokok karena memang kita juga sudah nitip uang jajan," katanya.
4. Bukan meninggal karena kelaparan
Meski Yuli dua hari tidak makan, Dinar memastikan ia tidak meninggal karena kelaparan. Saat Yuli meninggal pada Senin (20/4), dia bersama sukarelawan lain sedang berada di rumah keluarga tersebut.
"Beliau meninggal bukan karena kelaparan, karena Senin itu bantuan sudah banyak berdatangan. Saat itu sekitar pukul 14.30 WIB almarhumah punya niat baik untuk membagikan bantuan yang melimpah ke warga lain, tapi tiba-tiba anak nomor dua itu teriak kalau ibunya pingsan dan enggak bangun-bangun. Ketika dibawa ke RS sudah tidak tertolong," ujarnya.
5. Meninggal saat hendak membagikan bantuan ke warga
Dinar juga mengisahkan detik-detik meninggalnya Yuli. Ia pada Senin itu sebenarnya sedang menyiapkan bantuan yang akan dibagi-bagi ke warga sekitar. Pasalnya, Yuli mengaku bantuan yang didapatnya sudah cukup melimpah.
"Detik-detik akhir almarhumah itu justru ingin membantu warga sekitar yang berhak karena bantuan yang diterima sudah banyak. Cuma kan sayang beilau keburu meninggal," ungkapnya.