REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Ramadhan kerap menyuguhkan berbagai hidangan khas di nusantara. Indonesia yang kaya akan beragam makanan tradisional menjadikan buka puasa menjadi lebih istimewa dengan menu hidangan khas.
Apa saja menu buka puasa khas masing-masing daerah di Indonesia? Berikut Republika.co.id paparkan beragam menu andalan masing-masing daerah di Nusantara:
1. Soto Tenggiri
Soto Tenggiri adalah variasi soto dengan menggunakan ikan sebagai bahan bakunya. Soto tenggiri berasal dari daerah Jambi. Soto ini biasanya kerap dijadikan menu buka puasa.
Berbeda dengan soto lain yang dagingnya kotak atau disuwir-suwir, soto tenggiri menggunakan ikan tenggiri yang dagingnya dihancurkan dan dibentuk bulat. Soto tenggiri yang disajikan dengan kuah yang diberi bumbu-bumbu ini nikmat ketika disantap saat masih panas dan diberi taburan bawang goreng.
2. Bubur Samin
Bubur samin kerap dihidangkan setiap Ramadhan tiba. Biasanya, bubur samin disajikan di masjid-masjid tempat berkumpulnya masyarakat perantau yang merupakan keturunan Martapura.
Tradisi ini disebut muncul sekitar tahun 1950an. Awalnya, bubur samin disajikan sebagai menu buka puasa di Masjid Darussalam dan masih sebatas dibagikan kepada jamaah masjid yang kebetulan mengambil takjilan di masjid.
Namun saat ini, bubur samin biasanya dibagikan kepada siapa saja yang datang ke masjid dengan membawa wadah sendiri dari rumah. Mereka dapat membawanya untuk berbuka puasa di rumah.
Bubur samin sebenarnya merupakan makanan khas Banjar, Kalimantan. Tetapi, makanan ini justru populer di kota Solo. Makanan ini pertama kali diperkenalkan oleh sejumlah pedagang permata dan berlian asal Martapura, Kalimantan Selatan, yang pada waktu itu berdagang di Solo.
Dinamain bubur samin, karena warna buburnya menyerupai minyak samin yang kekuning-kuningan. Citra rasa bubur didapat dari adanya irisan daging, air kaldu, serta minyak samin yang membuat gurih. Namun, ada rasa hangat yang berasal dari rempah yang ditambahkan.
3. Bubur Pedas
Bubur pedas merupakan bubur khas Pulau Sumatra, tepatnya di Medan dan Riau. Masyarakat Melayu Riau melafalkannya sebagai 'bubo pedas'.
Warna bubur ini kecokelatan dan terlihat keruh, karena kaya akan rempah dan juga berasal dari warna beras yang disangrai terlebih dahulu sebelum ditumbuk. Bubur pedas ini berisi kacang tanah, kacang panjang, jagung dan jamur kuping. Aroma harum dari bubur ini berasal dari tumisan bumbu terasi dan cabai serta daun kesum dan suwiran ikan asap (tenggiri atau tongkol).
Di Medan, bubur beras biasanya dilengkapi dengan daging ayam, udang, sayuran berupa wortel, kentang, ubi, pisang yang belum masak, daun mangkokan, daun mengkudu, daun jeruk, daun kunyit, dan daun jambu biji, serta bumbu rempah-rempah.
Meskipun dinamakan bubur pedas, namun bubur ini nyatanya sama sekali tidak pedas. Bubur ini terasa lebih gurih dan ada manisnya. Bubur pedas ini kerap menjadi santapan wajib di bulan Ramadhan. Karena itu, masjid-masjid besar di Medan biasanya membagikan bubur pedas gratis kepada pengunjung di waktu berbuka puasa.