Selasa 28 Apr 2020 21:41 WIB

Rahasia Mengapa Alquran Bisa Lembutkan Hati Umar bin Khattab

Alquran bisa melunakkan hati mereka yang keras.

Alquran bisa melunakkan hati mereka yang keras.  Ilustrasi Alquran
Foto: pxhere
Alquran bisa melunakkan hati mereka yang keras. Ilustrasi Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, Alquran telah mengarahkan hidup Umar bin Khattab sesuai dengan fitrahnya. Ia tak kehilangan sifat bawaan, namun kini ia gunakan ke sebuah jalan yang Alquran tuntun. Sifat lembut Umar makin menjadi-jadi saat berinteraksi dengan Alquran.  

Saksikanlah kisah putranya, Abdullah, tentang bagaimana persinggungan Umar dengan Alquran. Ada tanda hitam di kedua pipinya akibat seringnya Umar menangis saat membaca Alquran.

Baca Juga

Abdullah bin Umar pernah suatu kali sholat di belakang ayahnya. Ia sempat mendengar isak tangis ayahnya saat memimpin sholat. Padahal, saat itu Abdullah berada di shaf ketiga.

Saat membaca surat Yusuf ayat 86, "Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan  kesedihanku." Umar tak kuasa menahan tangisnya. Ia tersedu-sedu.

Saat membaca surat at-Thur ayat 7, "Sesungguhnya azab Rabbmu pasti terjadi." Umar menangis amat keras hingga ia sakit dan para sahabat menjenguknya. (Ad-Daa'Wa Ad-Dawaa' hal 98)

Alquran telah mengubah hidup Umar 180 derajat. Ia tetap memiliki keberanian dan ketegasan sebagai  sifatnya. Namun, Allah karuniakan kelembutan hati yang amat dalam saat Umar bercengkrama dengan Alquran.

Begitulah seharusnya interaksi seseorang dengan Alquran. Hatinya menjadi lembut. Betapa banyak orang yang masuk Islam hanya karena mendengar Alquran. Benarlah jika Alquran dikatakan sebagai mukjizat. Meski tak mengerti apa arti bahasanya, ada ketenangan yang menyelinap saat kita mendengar bacaan Alquran.

Salah satu rahasia Alquran adalah mampu menundukkan dan meluluhkan hati pendengarnya. Allah SWT  berfirman, "Katakanlah, 'Berimanlah kepadanya (Alquran) atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Alquran dibacakan kepada mereka, mereka  menyungkur atas muka mereka sambil bersujud'." (QS al-Israa [17]:107)

Inilah keistimewaan Alquran. Mendengarnya saja hati orang beriman langsung tunduk. Badannya tersungkur sujud dan meneteskan air mata. Hal ini akan terasa jika hati orang yang membacakan dan yang mendengar dipenuhi dengan keimanan. Tak ada motif apa pun. 

Namun, bila mendengar bacaan Alquran hati kita tak bereaksi, mungkin kita patut bertanya. Jangan-jangan ada yang salah dengan hati kita. Boleh jadi karena kita lalai bercengkerama dengan Alquran. Kita lebih banyak menghabiskan waktu dengan buku-buku cerita atau diktat tebal pemikiran seseorang. 

Maka tak heran jika bacaan Alqurannya tak membekas. Alquran hanya dibaca dan didengar sambi lalu. Persis dengan firman Allah SWT, "Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata." (QS az-Zumar [39]: 22)

Jika Allah mengaruniakan kepada kita kenikmatan untuk berakrab dengan Alquran, hal itu patut disyukuri. Bisa jadi salah satu hukuman dari Allah kepada hamba adalah dicabutnya kenikmatan dan kekhusyukan dalam membaca Alquran. Matanya kering hingga tak mampu menangis. Tak ada lagi getaran yang melembutkan hati.

 

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement