REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Bahaya terpapar radikalisme tak hanya terhenti pada orang dewasa, tetapi juga anak-anak dari pelaku radikalisme atau orang tua yang terpapar radikalisme.
Namun, apa yang dijalani Kombes Pol Mokhamad Ngajib, layak dijadikan teladan. Ketua Tim Pemulasaraan dan Pemakaman Jenazah Covid-19 Polda Metro Jaya ini terlibat dalam penanganan anak berinisial RES, satu-satunya anak di bawah umur yang terpapar ideologi radikalisme dari Bahrun Naim (BN) di Suriah.
Pada 2017, RES sudah masuk dalam jaringan teroris dan berhasil membuat enam bom asap yang telah diuji-coba. Dia juga mampu membuat senjata AK 46 rakitan.
“Alhamdulillah selama tujuh bulan dilakukan pembinaan dan berhasil dikeluarkan dari ideologi radikal. Saat ini anak tersebut telah berprestasi dan menyelesaikan sekolahnya di SMK di Sukabumi,” kata Ngajib.
Ngajib menjelaskan, setelah program deradikalisasi selesai dan sampai saat ini tetap dilakukan pendampingan. Sampai sekarang anak tersebut tetap normal dan jauh dari perilaku dan faham ideologi radikal .
Menurut dia, orangtua memiliki peran penting agar anak-anaknya terbebas dari ancaman radikalisme.
“Orangtua harus menjadi teladan yang baik di dalam keluarga. Orangtua juga harus memberikan pendampingan dan pengawasan terhadap anak-anaknya dalam menggunakan media sosial,” tuturnya.
Atas ketekunannya itu, Ngajib diganjar dua penghargaan teranyar adalah penghargaan dari Ketua KPAI Dr Susanto, MA. Sebelumnya, penghargaan serupa diberikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius.
“Alhamdulillah penghargaan yang diberikan Ketua KPAI dan Kepala BNPT ini menjadi motivasi buat saya untuk terus berprestasi dan membuat karya yang bermanfaat bagi orang lain,” ujar dia.