Ahad 03 May 2020 09:28 WIB

Ribuan Orang Teradampak PHK di Sektor Penerbangan AS

Boeing dan Airbus serta akan melakukan PHK terhadap 1.450 pekerjanya di Kansas.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
 Pekerja berjalan di dekat jet Boeing 737 di pabrik produksi Boeing Senin (20/4) di Renton, Washington. Ribuan pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi di sektor penerbangan AS karena semakin krisisnya jumlah permintaan perjalanan menggunakan pesawat.
Foto: AP/Elaine Thompson
Pekerja berjalan di dekat jet Boeing 737 di pabrik produksi Boeing Senin (20/4) di Renton, Washington. Ribuan pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi di sektor penerbangan AS karena semakin krisisnya jumlah permintaan perjalanan menggunakan pesawat.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dampak virus corona juga berimbas kepada sektor penerbangan di Amerika Serikat (AS). Ribuan pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi di sektor penerbangan AS karena semakin krisisnya jumlah permintaan perjalanan menggunakan pesawat.

“Penurunan perjalanan udara yang tiba-tiba ini telah memaksa pelanggan kami untuk menyesuaikan dengan permintaan yang lebih rendah dari maskapai, yang banyak di antaranya berusaha untuk menunda atau membatalkan pesanan pesawat,” kata Chief Executive Spirit AeroSystems Tom Gentile kepada karyawannya melalui surat elektronik yang juga dilihat Reuters, Ahad (3/5).

Baca Juga

Spirit AeroSystems mengeluarkan pernyataan tersebut untuk menanggapi rendahnya tingkat produksi Boeing dan Airbus serta akan melakukan PHK terhadap 1.450 pekerjanya di Kansas. Tom mengatakan indikasi yang muncul saat ini menunjukan permintaan yang lebih rendah untuk pesawat komersial baru dan akan terus begitu hingga beberapa tahun ke depan.

Maskapai penerbangan di AS dikabarkan juga akan memangkas ratusan ribu penerbangan. Jadwal penerbangan akan dipangkas sebanyak 80 persen atau lebih hingga Juni. Akibatknya, hal tersebut berpotensi maskapai memarkirkan ribuan jet karena permintaan tiket turun sekitar 95 persen.

Saat ini, maskapai di AS masih membutuhkan cara agar dan menerapkan prosedur pembersihan baru untuk meyakinkan penumpang terkait aman untuk kembali melakukan penerbangan. Hanya saja, ekonomi yang terus melemag juga dikhawatirkan akan semakin menurunkan permintaan penerbangan.

Pada Rabu (29/4), Boeing mengumumkan akan memangkas beberapa tingkat produksi dan menghilangkan sekitar 16 riu pekerjanya di seluruh dunia. Selain itu juga terdapat pilihan untuk melakukan PHK terhadap 10 persen dari tenaga kerjanya pada akhir 2020.

Kepala Eksekutif Boeing Dave Calhoun memperkirakan perusahaan membutuhkan dua hingga tiga tahun agar industri penerbangan kembali seperti saat 2019. “Itu akan menjadi beberapa tahun bagi industri untuk kembali ke tren pertumbuhan jangka panjang. Pemotongan di beberapa daerah, seperti pesawat komersial akan lebih dari 15 persen,” ungkap Dave.

Delta Air Lines Inc pada pekan lalu juga mengungkapkan lebih dari 37 ribu karyawannya telah mengajukan diri untuk mengambil cuti yang tidak dibayar. Cuti tersebut diajukan selama satu bulan hingga satu tahun.

Kepala Eksekutif American Airlines Doug Parker mengatakan kepada Reuters kelangsungan bisnis maskapai akan lebih kecil dari yang diharapkan pada 2021. Serikat pekerja SEIU juga mengungkapkan PHK terjadi terhadap 13 ribu anggotanya dan seribu anggota lainnya masih dalam perencanaan.

Saat ini, Departemen Keuangan AS belum memberikan bantuan penggajian sebesar tiga miliar dolar AS yang disetujui Kongres untuk kontraktor bandara seperti pengurus bagasi dan katering pesawat. Sementara itu, masakpai di AS pada bulan lalu secara kolektif diberikan 25 miliar dolar AS dalam bentuk bantuan tunai namun dengan syarat tidak boleh memecat pekerja hingga 30 Septermber 2020.

JPMorgan Chase mengatakan dalam sebuah catatan penelitiannya, pada 1 Oktiber 2020 akan menjadi salah satu hari paling gelap dalam sejarah untuk pekerja di industri penerbangan. Bahkan saat ini, United Airlines juga sudah mengurangi jam kerja sebesar 25 persen untuk 15 ribu karyawan dejak 24 Mei 2020.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement