Senin 04 May 2020 20:35 WIB

Kisah Imam Hanbali, Sang Pemegang Teguh Hadis Nabi

Imam Syafi'i adalah guru Imam Hanbali.

Rep: Nidya Zuraya/ Red: Elba Damhuri
Imam Hanbali: Kisah Imam Hanbali, Sang Pemegang Teguh Hadis Nabi
Foto: Blogspot.com
Imam Hanbali: Kisah Imam Hanbali, Sang Pemegang Teguh Hadis Nabi

REPUBLIKA.CO.ID --- Oleh Nidya Zuraya, Syahrudin El-Fikri

 

Karyanya yang terkenal adalah Musnad Imam Ahmad. 

''Ia murid paling cendekia yang pernah saya jumpai selama di Baghdad. Sikapnya menghadapi sidang pengadilan dan menanggung cobaan akibat tekanan khalifah Abbasiyah karena menolak doktrin resmi Muktazilah merupakan saksi hidup watak agung dan kegigihan yang mengabdikannya sebagai tokoh besar sepanjang masa.''

Penilaian ini diungkapkan oleh Imam Syafi'i, yang tak lain adalah guru Imam Hanbali.

Imam Hanbali yang bernama lengkap Ahmad bin Muhammad bin Hanbal adalah seorang ulama besar di bidang hadis dan fikih yang pernah dimiliki dunia Islam. Dilahirkan di Salam, Baghdad, pada 164 H, Imam Hanbali sudah menunjukkan kecerdasannya sejak usia dini. Ketika usianya relatif muda, ia sudah hafal Alquran.

Beliau mendapatkan pendidikannya yang pertama di kota Baghdad. Saat itu, kota Baghdad telah menjadi pusat peradaban dunia Islam, yang penuh dengan manusia yang berbeda asalnya dan beragam kebudayaannya, serta penuh dengan beragam jenis ilmu pengetahuan. Di sana tinggal para qari’, ahli hadis, para sufi, ahli bahasa, filosof, dan sebagainya.

Perhatiannya sangat besar pada ilmu pengetahuan. Ia dengan tekun belajar hadis, bahasa, dan administrasi. Ia banyak menimba ilmu dari sejumlah ulama dan para fukaha besar, antara lain Abu Yusuf (seorang hakim dan murid Abu Hanifah) dan Hisyam bin Basyir bin Abi Kasim (ulama hadis di Baghdad). 

Ia juga berguru kepada Imam Syafi'i, dan mengikutinya sampai ke Baghdad. 

Suatu ketika seseorang menegurnya, ''Anda telah sampai ke tingkat mujtahid dan pantas menjadi imam. Mengapa masih menuntut ilmu?Apakah Anda akan membawa tinta ke kuburan?'' 

Imam Hanbali pun menjawab, ''Saya akan menuntut ilmu sampai saya masuk ke liang kubur.'' 

Di samping itu ia juga menaruh perhatian besar kepada hadis-hadis Nabi SAW. Karena perhatiannya yang besar, banyak ulama, seperti Ibnu Nadim, Ibnu Abd al-Bar, at-Tabari, dan Ibnu Qutaibah, menggolongkan Imam Hanbali ke dalam golongan ahli hadis, bukan golongan mujtahid. 

Namun inilah sebenarnya karakteristik Mazhab Hanbali. Mazhab itu selalu berpedoman pada teks-teks hadis dan mempersempit ruang penggunaan kias dan akal.

Begitu besar perhatiannya kepada hadis, sehingga ia pergi melawat ke berbagai kota untuk mendapatkan hadis, antara lain ia pernah ke Hedzjaz, Kufah, dan Basra. 

Atas usahanya itu, akhirnya ia dapat menghimpun ribuan hadis yang dimuat dalam karyanya Musnad Ahmad ibn Hanba. Beliau menyusun kitabnya yang terkenal itu dalam jangka waktu sekitar enam puluh tahun. 

Kitab ini menghimpun 40.000 hadis yang diseleksi dari sekitar 700.000 hadis yang dihapalnya. Namun Imam Abdul Aziz al-Khuli (seorang ulama yang menulis banyak biografi tokoh-tokoh sahabat dan tabiin) berpendapat bahwa ada 10.000 hadis yang berulang dalam kitab itu. 

Jadi menurutnya, kitab itu hanya mengandung 30.000 hadis. Sebagian besar ulama menganggap hadis dalam kitab ini sahih, tetapi ada juga ulama yang menyatakan beberapa hadis dalam kitab itu lemah.

Di samping Musnad Ahmad Ibn Hanbal, Imam Hanbali juga menyusun kitab Tafsir Alquran dan kitab an-Nasikh wa al-Mansukh (kitab mengenai ayat-ayat yang menghapuskan dan dihapuskan hukumnya).

Beliau juga menyusun kitab al-Manasik ash-Shagir dan al-Kabir, kitab az-Zuhud, kitab ar-Radd ‘ala al-Jahmiyah wa az-Zindiqah (bantahan kepada Jahmiyah dan Zindiqah), kitab as-Shalah, kitab as-Sunnah, kitab al-Wara ‘ wa al-Iman, kitab al-‘Ilal wa ar-Rijal, kitab al-Asyribah, satu juz tentang Ushul as-Sittah, Fadha’il ash-Shahabah.

Tak hanya pandai, Imam Hanbali dikenal tekun beribadah dan dermawan. Imam Ibrahim bin Hani, salah seorang ulama terkenal yang jadi sahabatnya menjadi saksi akan kezuhudan Imam Hanbali. ''Hampir setiap hari ia berpuasa dan tidurnya pun sedikit sekali di waktu malam. Ia lebih banyak shalat malam dan witir hingga Subuh tiba,'' katanya. 

Mengenai kedermawanannya, Imam Yahya bin Hilal, salah seorang ulama ahli fikih, berkata, ''Aku pernah datang kepada Imam Hanbali, lalu aku diberinya uang sebanyak empat dirham sambil berkata, ''Ini adalah rezeki yang kuperoleh hari ini dan semuanya kuberikan kepadamu.''

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement