LENGKONG, AYOBANDUNG.COM -- Induk sepak bola Belanda, KNVB telah memutuskan untuk membatalkan kompetisi Eredivisie musim 2019-2020 imbas pandemi Covid-19. Kasta tetinggi sepak bola Negeri Kincir Angin itu berakhir dengan tanpa ada satu pun tim juara.
Ajax Amsterdam yang menjadi pemuncak klasemen saat ini tidak akan menjadi juara. Bahkan untuk musim ini KNVB menyetujui peraturan peniadaan tim degradasi dan promosi.
Pelatih Persib Bandung Robert Alberts yang dikenal fans Ajax Amsterdam mengaku sedih melihat tim kebanggaannya gagal juara. Sedianya, pelatih berusia 65 tahun itu berharap de Godenzonen mampu meraih gelar juara di musim ini.
AYO BACA : Pelatih Persib Enggan Berspekulasi soal Nasib Liga 1 2020
Sayangnya kans itu hilang akibat krisis pandemi Covid-19 yang menyerang Belanda. "Sebagai fans Ajax, tentu saya ingin melihat tim kebanggaan menjadi juara liga. Tapi peraturannya sudah sangat jelas, musim ini harus diakhiri tanpa ada juara," kata Robert, Minggu (3/5/2020).
Robert mengungkapkan, sedianya situasi tersebut bukan hanya terjadi di kampung halamannya, Belanda. Menurut Robert, Belgia dan Perancis pun memutuskan hal serupa untuk kompetisinya musim ini. Bedanya kedua negara ini tak menghilangkan penentuan tim juara hingga tim promosi.
AYO BACA : Demi Keselamatan, Ini Saran Komisaris Persib Soal Liga Musim 2020
"Beberapa liga seperti di Belgia, Club Brugge sudah diumumkan menjadi juara karena liganya dihentikan dan mereka mengambil keputusan berdasarkan urutan klasemen. Akhirnya federasi Belgia mengumumkan Club Brugge yang menjadi juara," kata Robert.
Secara pribadi, eks pelatih Arema FC dan PSM makassar itu menilai, setiap negara memiliki kebijakan tersendiri terkait langkah antisipasi dalam menghadapi pandemi. Termasuk dalam pengambilan kebijakan untuk kompetisi sepak bola.
Terlebih kebijakan yang diambil selalu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi di negara bersangkutan. Hal ini berkaca pada Belgia dan Belanda. Pasalnya menurut Robert kondisi satu negara satu dan yang lainnya tak bisa disamaratakan.
"Keputusan berdasarkan situasi yang berbeda dan jawabannya pun tentu berbeda. Ini adalah hak dari setiap negara dan setiap negara punya perbedaan struktur dan budaya. Dan juga ada perbedaan soal menghadapi virus ini, jadi seperti yang sudah saya katakan, kami tidak bisa menyamaratakan semua negara, karena setiap negara berbeda," ujarnya.
AYO BACA : Imbas Pandemi, Kucuran Dana Sponsor Persib Tersendat