Selasa 05 May 2020 16:00 WIB

Lima Fakta Soal Pentingnya Jaga Jarak Dua Meter Saat Pandemi

Ada sains di balik anjuran menjaga jarak fisik dari orang lain sejauh dua meter.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Warga berdiri dengan menjaga jarak saat menerima paket sembako di halaman Stasiun Yogyakarta, DI Yogyakarta, Kamis (30/4/2020). Aturan jaga jarak fisik sejauh dua meter diterapkan di Inggris, sementara negara lain mempraktikkannya mulai dari satu meter.
Foto: Hendra Nurdiyansyah/ANTARA FOTO
Warga berdiri dengan menjaga jarak saat menerima paket sembako di halaman Stasiun Yogyakarta, DI Yogyakarta, Kamis (30/4/2020). Aturan jaga jarak fisik sejauh dua meter diterapkan di Inggris, sementara negara lain mempraktikkannya mulai dari satu meter.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama pandemi Covid-19 berlangsung, menjaga jarak fisik dari orang lain menjadi anjuran yang digaungkan oleh berbagai negara. Menjaga jarak fisik dari orang lain diharapkan dapat membantu menurunkan risiko terjadinya penularan Covid-19.

Tiap negara memiliki rekomendasi yang berbeda terkait jarak ideal untuk menjaga jarak fisik yang aman. Beberapa negara menganjurkan agar jaga jarak fisik dilakukan sejauh dua meter.

Baca Juga

Aturan jaga jarak fisik sejauh dua meter ini ternyata memiliki beberapa fakta yang menarik untuk disimak. Berikut ini adalah lima fakta di antaranya seperti dilansir BBC.

Penjelasan sains

Rekomendasi mengenai jarak dalam upaya jaga jarak fisik memang beragam. Namun, perlu diketahui, semakin dekat seseorang dengan orang yang terinfeksi, semakin besar pula risiko yang dia miliki untuk tertular.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, jaga jarak fisik sejauh satu meter sudah aman. Namun, beberapa pihak memiliki anjuran berbeda seperti 1,5 meter atau 1,8 meter. Inggris merupakan salah satu negara yang mengadopsi jarak aman untuk jaga jarak fisik selama pandemi Covid-19 adalah dua meter.

Selain jarak, waktu juga turut memengaruhi risiko seseorang untuk tertular. Semakin lama waktu yang dihabiskan bersama dengan orang yang terinfeksi, semakin besar pula kemungkinan untuk tertular.

Pemerintah Inggris menganjurkan agar seseorang tidak menghabiskan waktu lebih dari 15 menit saat bersama orang lain, meski sudah menjaga jarak sejauh dua meter. Peneliti pun telah mengonfirmasi bahwa menjaga batas waktu berinteraksi dengan orang lain juga penting dalam mencegah penularan.

"Menghabiskan dua detik sambil terpisah satu meter (dari orang lain) sama bahayanya dengan menghabiskan satu menit sambil terpisah dua meter," jelas peneliti.

Awal mula aturan dua meter

Aturan jaga jarak fisik sejauh dua meter ternyata bermula dari sebuah penelitian di era 1930-an. Saat itu, peneliti mengetahui bahwa droplet yang keluar ketika seseorang batuk atau bersin bisa berevaporasi dengan cepat di udara atau jatuh ke tanah karena gravitasi.

Sebagian besar dari droplet ini ternyata jatuh ke tanah dalam jarak satu sampai dua meter. Oleh karena itu, dua meter dinilai sebagai jarak yang aman untuk menurunkan risiko penularan dari droplet.

Akan tetapi, beberapa peneliti sekarang khawatir bahwa virus corona tak hanya menular lewat droplet orang yang terinfeksi. Beberapa peneliti khawatir bahwa virus corona juga bisa tersebar melalui udara dalam ukuran partikel yang kecil atau aerosol.

Bila hal ini benar terjadi, maka arah angin bisa membawa virus ini lebih jauh. Sejauh ini, peran aerosol dalam menyebarkan virus corona masih belum pasti menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.

Studi di China menunjukan bahwa jaga jarak yang aman sebaiknya dilakukan sejauh empat meter. Hanya saja, belum diketahui apakah virus yang menyebar lebih dari dua meter masih bersifat menular.

Kegiatan luar ruangan lebih aman

Saat bersama orang lain, kegiatan yang dilakukan di luar ruangan cenderung lebih aman dibandingkan di dalam ruangan. Berada di dalam ruangan dengan orang terinfeksi memiliki risiko penularan 19 kali lebih besar dibandingkan di luar ruangan.

"Masuk akal bila lingkungan tertutup berkontribusi terhadap transmisi sekunder Covid-19 dan mendorong terjadinya superspreading," ungkap studi yang dilakukan tim peneliti Jepang.

Belum ada jawaban pasti

Saat ini masih belum ada jawaban pasti terkait jarak yang paling aman untuk menjaga jarak fisik dari orang lain. SARS-CoV-2 adalah virus corona jenis baru sehingga peneliti masih membutuhkan banyak waktu untuk mempelajarinya. Diperlukan beragam studi yang hati-hati untuk mengetahui lebih jauh soal virus penyebab Covid-19 ini.

Apakah penggunaan masker menolong?

Di tengah ketidakpastian situasi mengenai Covid-19, beragam negara menganjurkan dan bahkan memerintahkan warganya untuk menggunakan masker. Di Spanyol dan Jerman misalnya, semua orang yang menggunakan trasportasi publik harus menggunakan masker.

Penggunaan masker dinilai dapat membatasi virus yang keluar dari hidung atau mulut orang yang terinfeksi. Hal ini penting dilakukan, terlebih ketika jaga jarak menjadi hal yang sulit untuk dilakukan.

CDC AS menganjurkan agar masyarakat cukup menggunakan masker kain saja bila harus beraktivitas ke luar rumah. Masker bedah dan N-95 lebih diprioritaskan untuk tenaga medis untuk saat ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement