Rabu 06 May 2020 06:44 WIB

Kementerian BUMN: RS Covid-19 di Simprug Selesai Pekan Depan

Rumah sakit khusus Covid-19 di Simprug ditambah 300 kamar.

Red: Nur Aini
Pekerja beraktivitas di area proyek pembangunan rumah sakit darurat COVID-19 milik Pertamina di kompleks Universitas Pertamina, Jakarta, Sabtu (2/5). Pertamina mendirikan rumah sakit darurat COVID-19 di lapangan bola Simprug dengan luas sekitar 22
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pekerja beraktivitas di area proyek pembangunan rumah sakit darurat COVID-19 milik Pertamina di kompleks Universitas Pertamina, Jakarta, Sabtu (2/5). Pertamina mendirikan rumah sakit darurat COVID-19 di lapangan bola Simprug dengan luas sekitar 22

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa pembangunan rumah sakit penanganan Covid-19 oleh PT Pertamina di Simprug bakal rampung pada pekan depan.

"Kami sudah bangun RS khusus Covid-19 di RS Pertamina Jaya yang miliki 165 kamar khusus Covid-19. Saat ini, kami sedang bangun 300 kamar lagi di RS Simprug Pertamina, minggu depan selesai dengan 300 kamar," ujar Budi dalam Rapat Kerja Gabungan bersama DPR, Selasa (5/5).

Baca Juga

Saat ini, ia menyampaikan bahwa BUMN memiliki 70 RS, sebanyak 35 RS di antaranya digunakan untuk Covid-19.

"Sebanyak 2.500 kamar sudah didedikasikan untuk pasien Covid-19 dengan 600 ruang ICU," ucapnya.

RS BUMN, kata dia, juga dilengkapi dengan alat uji yang memenuhi standar emas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni perangkat uji (test kit) PCR.

"Kami sudah distribusikan 19 alat PCR ke RS BUMN mulai dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Sekarang sedang instalasi dan pelatihan untuk jalankan alat itu," ucapnya.

BUMN, kata dia, juga berkoordinasi dengan Kementeri Riset dan Teknologi (Kemenristek) untuk memproduksi Reagen atau bahan baku untuk tes PCR. Alat kesehatan lainnya, kata Budi, yakni penyediaan ventilator. Ada dua jenis ventilator yang bakal diproduksi di dalam negeri, yakni ventilator invasif untuk di ruang ICU dan ventilator non-invasif sederhana yang bisa digunakan di luar ruang non-ICU.

"Untuk yang ICU, dari 500 tempat tidur ICU yang dimiliki baru ada 100 ventilator dan dalam proses tambah 400 ventilator, sehingga seluruh bed icu di RS BUMN diharapkan bisa miliki satu ventilator di masing masing bed, karena ini menentukan hidup dan mati pasien ketika masuk ICU," ucapnya.

Budi Gunadi mengatakan, BUMN bekerja sama dengan banyak institusi pendidikan serta lembaga dan kementerian untuk membuat non-invasif ventilator.

"Beberapa BUMN sudah menjadi sponsor untuk pembangunan non-invasif ventilator, ini bekerja sama dengan Kemenristek dan UI, ITB, UGM, dan Universitas Airlangga untuk produksi non-invasif ventilator dalam negeri," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement