Rabu 06 May 2020 04:10 WIB

Pemerintah Kaji Pembangunan Lumbung Padi di Lahan Gambut

Salah satu lokasi potensial yakni di Kabupaten Pulau Pisang, Kalimantan Tengah.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah petani beraktivitas menanam padi pada lahan pertanian di wilayah Sawit, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (5/5/2020). Kementerian Pertanian tengah mempersiapkan kerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam pembukaan lahan pertanian atau cetak sawah seluas 600.000 hektare yang terdiri dari 400.000 hektare lahan gambut dan 200.000 hektare lahan kering sebagai antisipasi terjadinya kekeringan dan ancaman kelangkaan pangan, seperti yang diperingatkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).
Foto: ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho
Sejumlah petani beraktivitas menanam padi pada lahan pertanian di wilayah Sawit, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (5/5/2020). Kementerian Pertanian tengah mempersiapkan kerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam pembukaan lahan pertanian atau cetak sawah seluas 600.000 hektare yang terdiri dari 400.000 hektare lahan gambut dan 200.000 hektare lahan kering sebagai antisipasi terjadinya kekeringan dan ancaman kelangkaan pangan, seperti yang diperingatkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan, pemerintah akan mengkaji pembangunan lumbung padi baru untuk meningkatkan produksi beras dalam negeri. Lumbung padi tersebut direncanakan bakal menggunakan lahan gambut.

"Ada arahan untuk melihat prospek pembagunan padi baru pada lahan gambut yang sudah pernah dipersiapkan di masa lalu," kata Airlangga dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (5/5).

Ia menuturkan, salah satu lokasi yang potensial yakni di Kabupaten Pulau Pisang, Kalimantan Tengah. Menurutnya, berdasarkan laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, masih terdapat kecukupan curah hujan di daerah tersebut.

"(Hujan) masih akan bagus sampai November 2020 kebutuhan air relatif ada. Sehingga, Kementan, Kementerian BUMN, dan Kementerian PUPR diminta berkonsentrasi untuk menciptakan lumbung pangan di lokasi itu," ujarnya.

Adapun untuk ketersediaan pangan pokok selain beras, Airlangga menyatakan pemerintah menjamin dan terus menjaga dalam situasi pandemi Covid-19.  

Ia menuturkan, hingga pekan pertama pertama Mei 2020, rata-rata harga beras medium sebesar Rp 11.750 per kg dan beras premium Rp 12.700 per kg.

Kemudian, gula pasir Rp18.050 per kg, daging sapi Rp117.900 per kg, cabe rawit Rp 34.700 per kg, cabe merah Rp30.600 per kg, bawang merah Rp 48.850 per kg), bawang putih Rp38.700 per kg), minyak curah Rp12.200 per liter, minyak goreng kemasan Rp 14.750 per liter, daging ayam ras Rp 28.950 per kg, serta telur ayam ras Rp25.850 per kg.

“Untuk gula pasir, diharapkan dengan stok Bulog yang akan semakin banyak masuk ke pasar dan adanya pengalihan dari sektor-sektor lain diharapkan ini (harga) akan terus turun,” ujarnya.

Presiden, kata Airlangga, juga telah menugaskan kepada Perum Bulog untuk ikut menjaga ketersedian stok pangan dalam beberapa bulan ke depan. 

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta berpendapat, pembukaan lahan sawah baru, apalagi di lahan gambut, akan mengambil waktu yang lama, mulai dari mengolah lahan hingga proses pertaniannya sendiri. Pengolahan lahan menjadi sawah membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan hal tersebut sangat tergantung pada jenis dan karakteristik lahannya. 

Hasil pembukaan lahan tidak bisa membantu kekurangan stok pangan yang terjadi saat ini, bahkan untuk selama bulan Ramadan hingga sampai akhir tahun. Karakteristik lahan yang dibuka untuk digunakan sebagai lahan pertanian juga belum tentu cocok dan berisiko mengakibatkan gagal panen.

"Pengalaman Proyek Pengembangan Lahan Gambut Satu Juta Hektare di Kalimantan Tengah yang terjadi di pemerintahan Presiden Soeharto menunjukkan bahwa lahan gambut tidak cocok untuk penanaman padi," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement