Rabu 06 May 2020 10:34 WIB

AS Abaikan Peringatan Ilmuwan Soal Virus Corona

Ilmuwan AS menyebut Trump ingin memasok obat yang belum efektif untuk pasien corona.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Dokter dan perawat mengelilingi pasien yang terpapar virus corona Covid-19 di Roseland Community Hospital, Chicago, Amerika Serikat, Selasa (28/4).
Foto: Ashlee Rezin Garcia/Chicago Sun-Times via AP
Dokter dan perawat mengelilingi pasien yang terpapar virus corona Covid-19 di Roseland Community Hospital, Chicago, Amerika Serikat, Selasa (28/4).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah mengabaikan peringatan ilmuwan mengenai virus corona jenis baru atau Covid-19 dan penggunaan obat malaria. Sebelumnya, Presiden Donald Trump mendorong penggunaan obat malaria untuk mengobati infeksi virus corona, meskipun belum terbukti efektif.

Direktur Badan Penelitian dan Pengembangan Biomedis, Rick Bright dicopot dari jabatannya karena telah membeberkan peringatan mengenai penggunaan obat malaria kepada pasien infeksi virus corona. Bright mengajukan pengaduan ke Kantor Penasihat Khusus karena menolak tekanan politik untuk memungkinkan penggunaan obat malaria yang belum terbukti efektif.

Baca Juga

Bright mengatakan, pemerintahan Trump ingin memasok obat malaria ke New York dan New Jersey yang merupakan episentrum penyebaran virus corona. Dia juga mengatakan, pemerintahan Trump menolak peringatan tentang urgensi mengatasi penyebaran virus corona yang semakin meluas di AS.

"Saya menghadapi perlawaan dari kepemimpinan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan, termasuk Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (Alex) Azar yang tampaknya menyepelekan bencana ini," ujar Bright.

Bright mengatakan bahwa orang yang ditunjuk secara politis di Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan telah mempromosikan hydroxychloroquine atau obat malaria, sebagai obat mujarab untuk menyembuhkan infeksi virus corona. Bright menentang penggunaan obat itu dengan alasan tidak ada bukti ilmiah yang mendukung jika diberikan kepada pasien corona. Bright merasa dirinya harus memberi tahu publik bahwa obat malaria belum terbukti ampuh digunakan pada pasien virus corona.

Bulan lalu, Food and Drug Administration (FDA) memperingatkan agar dokter tidak sembarangan dalam memberikan obat kepada pasien infeksi corona. Pasien virus kcrona yang menggunakan hydroxychloroquine atau obat chloroquine terkait memiliki efek samping gagal jantung. Dalam sebuah laporan pengaduan, Bright menyatakan bahwa para pejabat tidak mau mendengarkan peringatannya dan mengambil tindakan untuk menginformasikannya kepada masyarakat.

"Ketika jumlah kematian meningkat secara eksponensial setiap hari, Dr Bright menyimpulkan bahwa dia memiliki kewajiban moral kepada publik Amerika, termasuk mereka yang rentan akibat penyakit dari Covid-19, untuk melindunginya dari obat-obatan yang dia yakini secara substansial dan spesifik berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan masyarakat," kata laporan pengaduan tersebut. 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement