Senin 11 May 2020 11:01 WIB

Jokowi Keluhkan Kecepatan Pengujian Spesimen Covid-19

Jokowi menargetkan pengujian bisa 10 ribu spesimen per hari

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah petugas medis memakai alat pelindung diri untuk mengambil spesimen nasofaring dan orofaring pada seorang pasien suspek Covid-19
Foto: Antara/Aswaddy Hamid
Sejumlah petugas medis memakai alat pelindung diri untuk mengambil spesimen nasofaring dan orofaring pada seorang pasien suspek Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengeluhkan kecepatan kemampuan pengujian spesimen di berbagai laboratorium di Indonesia masih jauh dari target. Berdasarkan laporan yang diterimanya, kemampuan pengujian spesimen untuk alat tes PCR saat ini baru mencapai 4-5 ribu sampel per harinya.

Angka ini pun masih jauh dari target yang diberikannya yakni pengujian hingga 10 ribu spesimen per harinya.

“Saya baru mendapatkan laporan bahwa kemampuan pengujian spesimen untuk PCR sekarang ini sudah mencapai 4 ribu -5 ribu sample per hari. Saya kira ini masih jauh dari target yang saya berikan yang lalu yaitu 10 ribu spesimen per hari,” kata Jokowi saat membuka rapat terbatas percepatan penanganan pandemi covid 19 di Istana Merdeka, Senin (11/5).

Lebih lanjut, berdasarkan data dari gugus tugas, saat ini sudah ada 104 laboratorium yang masuk dalam jaringan laboratorium covid-19. Presiden pun meminta agar seluruh laboratorium tersebut dipastikan dapat berfungsi maksimal, meskipun 51 laboratorium rujukan di antaranya belum melakukan pemeriksaan.

Jokowi juga menilai perlunya peningkatan sumber daya manusia yang lebih terlatih. Selain itu, ia juga menyinggung masih kurangnya alat pengujian virus corona, seperti PCR, RNA, dan juga VTM.

“Saya lihat terutama kesiapan SDM yang terlatih ini perlu lebih diperhatikan lagi. Juga yang berkaitan dengan masalah di alat pengujian yang masih kurang, terutama untuk reagen PCR, RNA dan VTM. Dan saya minta ini diselesaikan dalam minggu ini,” tegas Jokowi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement