REPUBLIKA.CO.ID, Kita tentu kenal Umar bin Khattab. Ia adalah salah seorang khalifah yang sangat terkenal dengan kejujuran dan kehebatannya dalam memimpin. Kehidupannya sangat sederhana.
Seorang utusan dari Persia bahkan sempat kesulitan mengenalinya. Waktu itu ia mendapati Umar RA tidur di bawah pohon beralaskan tanah tanpa pengawalan. Tak tampak darinya kemewahan apalagi atribut seorang raja dan pemimpin dunia.
Tak jauh beda dengan cucunya, Umar bin Abdul Aziz. Khalifah yang memerintah pada era Daulah Umawiyyah ini terkenal sangat jujur. Ia sangat takut menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadinya. Ia rela berbincang dengan putranya dalam keadaan gelap gulita daripada menggunakan lampu dan minyak milik negara.
Begitulah cara seorang yang amin (jujur dan tepercaya) dalam menjalankan tugas. Ia melihat jabatan merupakan amanah yang sarat peluang. Bukan peluang untuk menumpuk harta dan memperkaya diri. Tapi, peluang untuk mempermulus terlaksananya tugas utama sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya di muka bumi ini. Melalui jabatannya, ia tebarkan nilai-nilai keadilan di tengah masyarakat.
Pemimpin seperti ini akan menjadi panutan dan selalu dicintai rakyatnya. Masyarakat akan merasa tenang di bawah kepemimpinannya. Di akhirat kelak ia akan mendapat penghargaan khusus dari Allah.
Dalam sebuah hadis disebutkan: ''Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan di sisi Allah di saat tidak ada naungan kecuali naungan dari Allah, salah satu di antaranya adalah pemimpin yang adil.'' (HR Bukhari dan Muslim).
Al-amin secara bahasa berarti yang setia, jujur, dan tepercaya. Seorang pemimpin yang mempunyai sifat ini ketika menerima tugas akan menjalankannya dengan jujur dan penuh dedikasi. Sifat seperti ini muncul pada orang yang selalu melihat tugas dan jabatan itu sebagai amanah dari Allah. Ia meyakini amanah itu akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di akhirat.
Setiap manusia terlahir sebagai pemimpin. Rasulullah bersabda, ''Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin itu akan ditanya tentang yang dipimpinnya.'' (HR Bukhari dan Muslim).
Lawan al-amin adalah khianat. Cara memimpin pemimpin khianat penuh kecurangan, tidak amanah, dan jauh dari nilai-nilai keadilan. Mereka tidak peduli dengan jeritan rakyat yang dipimpinnya.
Di akhirat kelak mereka akan menuai kesengsaraan. Rasulullah bersabda, ''Tidaklah seorang diamanahi memimpin suatu kaum kemudian ia meninggal dalam keadaan curang terhadap rakyatnya maka diharamkan baginya surga.'' (Bukhari dan Muslim).