REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kota Wuhan, yang menjadi episentrum awal penyebaran virus corona telah melaporkan klaster infeksi baru sejak pelonggaran lockdown sebulan lalu. Hal ini memicu kekhawatiran ada gelombang baru penularan virus corona yang lebih luas.
Wuhan melaporkan lima kasus baru yang dikonfirmasi pada Senin (11/5) dan berasal dari perumahan yang sama. Salah satunya adalah istri seorang pasien infeksi virus corona berusia 89 tahun yang dikonfirmasi menjadi kasus pertama setelah lockdown dicabut.
"Saat ini tugas pencegahan dan pengendalian pandemi di kota ini masih sangat berat. Kita harus waspada dengan risiko kembalinya virus," ujar otoritas kesehatan Wuhan dalam sebuah pernyataan, dilansir Aljazirah.
Semua kasus yang dilaporkan dari klaser baru merupakan pasien tanpa gejala. Mereka tidak menunjukkan tanda-tanda klinis seperti demam namun dapat menginfeksi orang lain. China tidak memasukkan kasus tanpa gejala ke dalam penghitungan total keseluruhan kasus yang dikonfirmasi.
Sebanyak 82.918 kasus yang dikonfirmasi menunjukkan gejala infeksi virus corona. Juru bicara Komisi Kesehatan Nasional, Mi Feng mengatakan, pihaknya saat ini sedang menelusuri infeksi baru di tujuh provinsi.
"Dalam 14 hari terakhir, tujuh provinsi telah melaporkan kasus-kasus baru yang ditransmisikan secara lokal, dengan kasus-kasus yang melibatkan kluster terus meningkat. Kita perlu menyelidiki dan menentukan asal infeksi dan rute transmisi," kata Mi.
Provinsi Jilin pada Sabtu lalu melaporkan tiga kasus infeksi baru di kota Shulan. Kota tersebut ditandai sebagai daerah berisiko tinggi. Shulan telah memberlakukan karantina wilayah sejak akhir pekan dan hanya mengizinkan satu anggota keluarga yang boleh keluar rumah untuk berbelanja kebutuhan pokok.
"Kami sekarang dalam mode perang," ujar Walikota Shulan, Jin Hua.