REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Bek kiri Newcastle United, Danny Rose, melontarkan kritik keras terhadap Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) terkait hukuman yang diberikan negara anggota yang kedapatan melakukan pelecehan bernada rasial.
Insiden pelecehan rasial sempat menimpa Rose dan sejumlah penggawa timnas Inggris kala The Three Lions menghadapi Montenegro dalam lanjutan babak kualifikasi Piala Eropa 2020, Maret 2019 silam.
Pada saat itu, sejumlah pendukung timnas Montenegro mengeluarkan teriakan-teriakan menirukan suara monyet, yang ditujukan kepada sejumlah pemain berkulit hitam di timnas Inggris, tidak terkecuali Rose. Imbasnya, UEFA menjatuhkan sanksi sebesar 17 ribu poundsterling kepada Federasi Sepak Bola Montenegro.
Tidak hanya itu, di laga kandang Montenegro selanjutnya juga bakal digelar tanpa penonton. Namun, semua sanksi ini, kata Rose, tidak akan menimbulkan efek jera buat para pelaku pelecehan bernada rasial di pentas sepak bola.
Bek yang tengah dipinjam Newcastle United dari Tottenham Hotspur itu menyebut, seharusnya otoritas tertinggi sepak bola Eropa bisa memberikan sanksi lebih berat.
''Otoritas tertinggi seharusnya bisa melakukan hal yang lebih baik lagi. Ini hanya satu dari berbagai kasus. Generasi sebelum kami merasakan pelecehan rasial lebih berat lagi. Dengan langkah yang lebih tegas, semoga generasi mendatang bisa merasakan hal yang lebih baik dari generasi sekarang,'' kata Rose seperti dikutip PA, Selasa (12/5).
Selain itu, bek kiri berusia 29 tahun itu juga menyebut, aksi walk-out yang dilakukan pemain saat mendapatkan pelecehan rasial rasanya tidak cukup untuk mengatasi masalah rasial di sepak bola. Sebelumnya, sejumlah pemain sempat bersepakat akan meninggalkan pertandingan begitu saja saat mendengar ejekan bernada rasial.
''Apakah meninggalkan pertandingan memberikan efek jera buat para pelaku? Itu tidak memiliki pengaruh apapun. Mereka harus membayar denda sekian ribu pound, tapi itu juga percuma,'' tutur mantan bek kiri Leeds United tersebut.