REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah (Pemda) DIY menyebut masih memiliki stok sebanyak 3.000 alat rapid test. Rapid test sendiri sudah dilakukans secara massal di kabupaten/kota di DIY yang difokuskan terhadap masyarakat yang berhubungan dengan klaster besar penularan CoviD-19 di DIY.
"Rapid test itu untuk sementara ini kita ada stok 3.000, tapi kabupaten/kota masih punya sekitar seribuan. Yang seribu itu dihabiskan dulu untuk rapid test," kata Guberur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Selasa (12/5).
Rapid test ini akan dimaksimalkan bagi masyarakat yang berhubungan dengan klaster Suparmarket Indigrosir, Sleman. Tidak hanya di Sleman, Kota Yogyakarta juga melakukan rapid test terhadap warganya yang pernah berhubungan dengan klaster tersebut.
"Yang penting untuk sementara ini, kita bisa lakukan untuk (klaster) Indogrosir dan sebagainya. Nanti di rapid test itu kan tidak hanya sekali, tapi dua kali. Kalau ada gejala (reaktif), itu otomatis harus diisolasi," ujarnya.
Di Kota Yogyakarta sendiri sudah ada 343 warga yang mendaftar rapid test dari 700 kuota yang disediakan. Masyarakat yang mengikuti rapid test ini, baik yang pernah berbelanja maupun yang memiliki riwayat kontak dengan pasien positif dari klaster tersebut.
Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, dari 343 orang yang sudah mendaftar, 267 orang diantaranya memiliki kontak erat dengan pasien positif. Sementara, 76 orang lainnya masuk dalam kategori daam pemeriksaan mandiri yang sudah memiliki gejala Covid-19.
"Ditanya riwayat kontaknya, (pendaftar) yang belanja mengatakan (ada kontak) dengan kasus positif. Siapa yang disebut positif, itu perlu kuesioner baru saat rapid test yang disebut formulir tracing," kata Heroe.
Warga yang sudah mendaftar terdiri dari 14 kecamatan yang ada di Kota Yogyakarta. Namun, pendaftar terbanyak berasal dari Kecamatan Tegalrejo yang merupakan wilayah terdekat dari lokasi Indogrosir.