REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fitrianto, Antara
Cuap-cuap pebulutangkis Taufik Hidayat mendapat tanggapan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Lembaga antirasuah itu mempersilakan Wakil Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) periode 2016-2017 itu melaporkan ke KPK jika memang di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) banyak koruptor.
"Jadi begini, KPK dalam menjalankan tugas pemberantasan korupsi tentu tidak lepas dari peran serta masyarakat," ujar Pelaksana Tugas Juru Bicara KPK Ali Fikri dalam keterangannya, di Jakarta, Rabu (13/5).
Karena itu, kata dia, jika Taufik mengetahui ada dugaan tindak pidana korupsi silakan melaporkan kepada KPK dengan data yang dimiliki baik melalui bagian pengaduan masyarakat maupun call center 198. "Selanjutnya, KPK akan melakukan telaah dan verifikasi lebih lanjut terhadap data tersebut," ujar Ali.
Sedangkan terkait keterangan Taufik sebagai saksi di persidangan, ia menyatakan fakta-fakta yang disampaikannya telah dicatat oleh jaksa penuntut umum (JPU). "Tentu karena perkara ini masih berjalan di persidangan dengan pemeriksaan saksi-saksi lainnya, maka kita ikuti prosesnya lebih dahulu sampai putusan majelis hakim," ujarnya pula.
KPK, kata Ali, tentu akan mengembangkan lebih lanjut terkait perkara tersebut sepanjang berdasarkan seluruh fakta-fakta hukum di persidangan dan juga setelah dilakukan analisis ditemukan bukti permulaan yang cukup untuk menetapkan pihak lain sebagai tersangka.
Sebelumnya, Taufik saat diwawancara melalui akun Youtube Deddy Corbuzier yang disiarkan, Senin (11/5), mengungkapkan penyesalannya karena telah masuk di pemerintahan. "Asli gue kapok, maksudnya yang tadinya cuma memang ingin belajar gitu karena mertua yang di pemerintahan terus kadang pikiran mereka siapa lagi sih yang nerusin. Akhirnya coba yang tadinya di organisasi olahraga yang di bulu tangkis, akhirnya masuk ke pemerintah," ujar Taufik.
Kemudian, ia pun juga mengungkapkan bahwa di Kemenpora banyak tikus atau koruptor. "Ternyata waduh nggak sejalan nih, kiamat lah. Kalau bisa dibilang kasarnya tuh sekarang gue cuma berpikir siapa pun menterinya akan sama aja. Itu harus setengah gedung dibongkar, "tikus"-nya banyak, banyak banget," kata Taufik.
Ia pun juga mengklarifikasi perihal dirinya yang menjadi kurir penerima uang untuk mantan Menpora Imam Nahrawi. "Jadi gini lho kayak kemarin gue (saksi) ada di sidang juga cuma kan kaya online. Jadi dari satu, dua, tiga, gue cuma ini lho pak. Gue nggak tahu (uang itu buat apa). Gue akui gue salah cuma gue kan nggak berpikir panjang," ujar Taufik.
Sebelumnya saat di persidangan, Taufik mengakui menjadi kurir penerima uang untuk Imam Nahrawi. "Saya hanya diminta tolong seperti itu ditelepon, dan ya saya sebagai kerabat di situ ya saya membantu, tapi saya tidak konfirmasi ke Pak Imam kalau uang sudah dititipkan ke Ulum," kata Taufik, di Jakarta, Rabu (6/5).
Taufik menjadi saksi untuk terdakwa Imam Nahrawi yang didakwa menerima suap sebesar Rp 11,5 miliar dan gratifikasi Rp 8,648 miliar dari sejumlah pejabat Kemenpora dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Sidang dilakukan melalui sarana video conference, Taufik berada di kediamannya, sedangkan Imam Nahrawi berada di Rumah Tahanan (Rutan) KPK, Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK, majelis hakim dan sebagian penasihat hukum berada di Pengadilan Tipikor Jakarta.
Dalam dakwaan disebutkan pada Januari 2018, Direktur Perencanaan dan Anggaran Program Satlak Prima Tommy Suhartanto menyampaikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pada Program Satlak Prima 2016-2017 Edward Taufan Pandjaitan alias Ucok bahwa ada permintaan uang dari Imam kepada Tommy. Tommy lalu meminta Ucok menyiapkan Rp 1 miliar untuk diserahkan ke Imam melalui Staf Khusus Imam Nahrawi yaitu Miftahul Ulum.
Ucok lalu mengambil uang Rp 1 miliar yang berasal dari anggaran Program Satlak Prima. Asisten Direktur Keuangan Satlak Prima Reiki Mamesah lalu mengambil uang itu dan menyerahkan uang tersebut kepada Taufik Hidayat di rumah Taufik di Jalan Wijaya Kebayoran baru.
Kemudian uang Rp 1 miliar tersebut diberikan Taufik kepada Imam melalui Miftahul Ulum di rumah Taufik.
Menantu dari Agum Gumelar ini menceritakan awal mula masuk Kemenpora. "Sebelumnya di Kemenpora ada satlak prima, yang bertugas susun program untuk atlet, pure urusin olahraga semua cabor, ada tiga wakil salah satunya bidang permainan yang membahi bulu tangkis dll. Masuklah saya di sana."
"Saya masuk awalnya pingin bantu atlet. Saat jadi atlet saya rasakan begitu sulitnya. Pencairan dana begitu sulit, padahal olahraga nggak bisa ditunda, budget ada harus dipercepat. Kalau pun sampai kadang duitnya tidak sama." Jelasnya.
"Sekarang mendingan mikirin sendiri saja, sampai kiamat tidak akan maju olahraga Indonesia. kecuali yang akan maju olahraga individu. Kalau tim tidak kompak, saling menjatuhkan."
Taufik juga melontarkan kritik pedas kepada kepada PBSI selaku induk organisasi olahraga tepok bulu ini dalam videonya bersama Deddy Corbuzier. Taufik mengungkapkan banyak orang di PBSI yang tidak mengerti bulu tangkis. Dia juga mengungkapkan dirinya ibarat habis manis sepah dibuang. Setelah awalnya diajak dan memberi masukan, kemudian dibuang.
Peraih emas Olimpiade 2004 Athena ini juga menyindir kalau Pelatnas Cipayung masih belum "nasional" karena masih membawa kepentingan klub maupun daerah. "Seharusnya kalau Pelatnas semua baju dibuka, tidak ada nama klub dan daerah. Yang ada adalah demi merah putih," ujarnya dalam wawancara tersebut.
Jauh sebelum itu saat masih jadi pemain dia kerap tidak sepaham dengan PBSI. Saat pelatih yang sudah melatih Taufik sejak usia 16 tahun Mulyo Handoyo dikeluarkan dari PBSI pada tahun 2001 Taufik ngotot tetap ingin mempertahankan.
Bahkan Taufik sempat ikut berlatih di Singapura selama tiga bulan, mengikuti Mulyo Handoyo yang dipercaya menjadi pelatih di negeri tetangga tersebut. Namun kemudian ketika PBSI di bawah Chairul Tanjung dapat didamaikan dan kembali ke Tanah Air.
Namun di luar itu semua Taufik memiliki kecintaan luar biasa dengan olahraga yang telah membesarkan namanya ini. Untuk mendedikasikan rasa cintanya dia membangun Taufik Hidayat Arena (THA) di daerah Ciracas Jakarta Timur.
"THA adalah bentuk dedikasi saya terhadap bulu tangkis. Yang saya bangun dengan uang saya, pemerintah hanya memberikan izin saja. Ada delapan lapangan yang digunakan sebagai akademi bagi pemain anak-anak juga bisa dimanfaatkan untuk kalangan umum," jelasnya.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susy Susanti enggan mengomentari pernyataan Taufik. Ketika dihubungi Republika melalui saluran telepon, Selasa (12/5), Susy Susanti mengatakan, bukan kapasitas dia untuk menanggapi pertanyaan dari Taufik.
"Itu bukan kapasitas saya untuk menanggapi. PBSI organisasi ada aturannya. Tugas saya fokus kerja mencetak prestasi untuk Indonesia. Seperti kata Pak Jokowi, kerja, kerja, kerja," ujar peraih medali emas Olimpiade 1992 Barcelona ini.
"Kalau urusannya berkaitan dengan prestasi, baru itu tanggung jawab saya. Biar masyarakat yang melihat sukses atau tidaknya prestasi bulu tangkis Indonesia," kata Susy menambahkan.