REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Sekelompok molekul kecil yang bertugas menyerang virus berkurang seiring bertambahnya usia dan penyakit kronis. Berdasarkan sebuah penelitian, penurunan itu dapat menjelaskan alasan orang tua rentan terhadap Covid-19, penyakit yang ditimbulkan oleh virus corona tipe baru.
Sejumlah tim peneliti, termasuk dari Universitas Florida AS mengatakan, microRNAs memainkan peran utama dalam mengendalikan aktivitas gen dalam tubuh sekaligus menjadi garda terdepan saat virus memasuki sel. Studi yang diterbitkan jurnal Aging and Disease ini mencatat microRNA menempel dan memotong RNA dari virus yang menyerang sel.
“Namun, seiring bertambahnya usia dan beberapa kondisi medis kronis, angka mikroRNA yang dapat menyerang virus berkurang, sehingga mengurangi kemampuan tubuh merespons virus," kata salah satu penulis studi dari Universitas Augusta di AS, Carlos M Isales dilansir Times Now News, Rabu (13/5).
Peneliti mengatakan, jika melihat kondisi itu, maka wajar jika virus corona lebih mampu membajak mesin sel inang untuk ditiru. Dalam studi tersebut, para ilmuwan melihat urutan RNA dari dua virus corona, yakni SARS (2002) dan SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19, serta urutan microRNA yang tampaknya menyerang virus.
Para peneliti menggunakan simulasi komputer mencari tahu bagaimana viral RNA akan cocok bersama dengan microRNA. Mereka menguji pengikatan molekul kecil dengan empat sampel SARS dan 29 sampel SARS-CoV-2.
Sampel diambil antara Januari dan April 2020 dari 17 negara, termasuk AS dan Jerman. Menurut penelitian, 848 mikroRNA dapat menargetkan genom SARS dan 873 mikroRNA menargetkan genom SARS-CoV-2.
Para ilmuwan mengatakan, 558 microRNA yang melawan SARS juga ada di SARS-CoV-2. Sementara itu, 315 microRNA unik untuk SARS-CoV-2, dan 290 unik untuk SARS.
MicroRNA yang paling mahir menyerang SARS-CoV-2 menunjukkan lebih dari 10 situs target. Hasil akhirnya dapat ditemukan menjadi yang paling mahir dalam memerangi virus.
Mereka juga menemukan mikroRNA yang menargetkan SARS-CoV-2 dikaitkan dengan lebih dari 72 proses biologis, yakni dari produksi molekul hingga respons imun. Banyak dari molekul RNA kecil ini diketahui berkurang jumlahnya seiring bertambahnya usia dan dengan kondisi medis yang mendasarinya, seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular.
Studi itu mencatat bahwa jumlah mikroRNA yang rendah adalah faktor dalam peningkatan presentasi penyakit dan tingkat kematian yang terlihat pada individu yang rentan risiko tersebut. Mengutip contoh, para peneliti mengatakan microRNAs seperti miR-15b-5p yang memiliki afinitas tinggi untuk SARS-CoV-2, diproduksi lebih sedikit pada orang dengan penyakit arteri koroner.
“Pada orang sehat yang lebih muda, (miR-15b-5p) ini lebih berperan dan mencegah replikasi virus,” kata peneliti lain dari Universitas Augusta, Sadanand Fulzele.
Dari 29 sampel SARS-CoV-2 di seluruh dunia, studi tersebut mengatakan 19 memiliki microRNAs identik. Hal itu menunjukkan bahwa virus corona baru itu memiliki kehadiran yang cukup seragam secara internasional. Berdasarkan temuan itu, para peneliti percaya bahwa pengobatan atau vaksin yang efektif harus memiliki dampak luas pada penyakit.
“Kami sedang melihat microRNA secara umum menurun, tetapi ada subset spesifik yang merupakan kuncinya. Pertanyaannya adalah apakah kita dapat menargetkannya sebagai terapi,” kata penulis senior studi dari Universitas Augusta, Carlos Isales.
Para ilmuwan percaya bahwa pendekatan pengobatan baru, di mana campuran dari microRNA kunci ganda berpotensi diberikan melalui hidung dapat membantu memulihkan dari pejuang virus utama. Mereka juga berharap memahami dari penelitian lebih lanjut jika orang yang lebih muda yang mengalami sakit parah akibat infeksi SARS-CoV-2, sudah tidak cukup membuat sejumlah microRNA pelindung utama.