REPUBLIKA.CO.ID, MAUNAKEA — Tim astronom yang dipimpin oleh univeristas Caltech menunjukkan kelahiran sepasang planet yang mengorbit bintang PDS 70. Pengambilan dilakukan menggunakan sensor gelombang inframerah koreksi optik adaptif (AS) di WM Keck Observatory di Maunakea, Hawaii.
Dalam publikasi di The Astronomical Journal, tim astronom menerapkan metode baru dalam mengambul foto dari planet-planet yang baru lahir atau protoplanet dan mengkonfirmasi keberadaan mereka. PDS 70 adalah sistem multi planet di mana para astronom dapat menyaksikan pembentukan planet.
Gambar pertama dari salah satu planetnya, PDS 70b diambil pada 2018. Gambar itu diikuti oleh beberapa gambar yang diambil dengan panjang gelombang yang berbeda dari PDS 70c yang tertangkap kamera pada 2019. Kedua protoplanet seperti Jupiter ditemukan oleh Very Southern Telesatory, Very Large Telescope (VLT).
"Ada beberapa kebingungan ketika kedua protoplanet pertama kali dicitrakan," kata Jason Wang, seorang Healing-Simons Foundation, Pegasi b Fellow di Caltech dan pemimpin penulis penelitian, seperti dilansir Eurekalert, Selasa (19/5).
Wang mengatakan embrio planet terbentuk dari kumpulan debu dan gas yang mengelilingi bintang yang baru lahir. Materi berbentuk lingkaran ini bertambah ke protoplanet, menciptakan semacam tabir asap yang membuatnya sulit untuk membedakan piringan berdebu dan gas dari planet yang sedang berkembang dalam sebuah gambar.
Guna membantu memberi penjelasan, tim yang dipimpin Wang mengembangkan metode untuk memisahkan sinyal gambar dari cakram circumstellar dan protoplanet. Menurutnya, bentuk cakram diketahui harus menjadi cincin simetris di sekitar bintang sedangkan planet harus menjadi satu titik dalam gambar.
"Jadi, bahkan jika sebuah planet tampak duduk di atas piringan, yang merupakan kasus dengan PDS 70c, berdasarkan pengetahuan kami tentang bagaimana disk terlihat di seluruh gambar, dapat disimpulkan seberapa terang disk seharusnya berada di lokasi protoplanet dan menghapus sinyal disk dan tersisa adalah emisi planet ini,” kata Wang.
Tim penliti mengambil gambar PDS 70 dengan Near-Infrared Camera (NIRC2) pada teleskop Keck II. Ini menandai sains pertama untuk coronagraph vortex yang dipasang di NIRC2 sebagai bagian dari peningkatan baru-baru ini. Selanjutnya, dikombinasikan dengan upgrade sistem Observatory AO yang terdiri dari sistem baru. Sensor gelombang depan piramida inframerah dan komputer kontrol waktu adalah nyata.
Sylvain Cetre, insinyur perangkat lunak di Keck Observatory mengatakan teknologi detektor inframerah baru yang digunakan dalam sensor muka gelombang piramida telah secara dramatis meningkatkan kemampuan untuk mempelajari planet ekstrasurya (eksoplanet).
Secara khusus adalah eksasurya berada di sekitar bintang bermassa rendah di mana pembentukan planet terjadi secara aktif. Proyek studi mendapat manfaat dari sensor inframerah inovatif yang mengukur distorsi cahaya yang disebabkan oleh atmosfer bumi.
Peter Kurczynski, Direktur Program di National Science Foundation, yang menyumbangkan dana untuk peneltiian juga mengatakan teknologi baru adalah sebuah pengganda ilmu pengetahuan (sains).
“Itu memungkinkan penyelidikan yang sebelumnya tidak pernah mungkin,” jelas Kurczynski.
AO adalah teknik yang digunakan untuk menghilangkan kekaburan atmosfer yang mendistorsi gambar astronomi. Dengan sensor muka gelombang piramida inframerah baru dan pengontrol waktu nyata yang dipasang, sistem AO Keck Observatory mampu menghasilkan gambar yang lebih tajam dan detail.
"Citra PDS 70 yang ditangkap tim Jason adalah di antara tes pertama dari kualitas ilmiah yang dihasilkan oleh sensor muka gelombang piramida Keck," jelas ilmuwan AO Charlotte Bond, yang memainkan peran kunci dalam desain dan pemasangan teknologi.
Menurut dia, sangat menarik untuk melihat seberapa tepat sistem AO baru mengoreksi turbulensi benda-benda berdebu di atmosfer seperti bintang-bintang muda di mana protoplanet diperkirakan berada. Ini memungkinkan untuk melihat versi bayi dari tata surya kita yang paling jelas dan tajam.