REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Jumlah orang Uni Arab Emirates (UAE) yang terinfeksi virus corona atau Covid-19 di Dubai meningkat dalam dua pekan pertama bulan Ramadhan. Seorang pejabat kesehatan senior menyampaikan, peningkatan ini terjadi akibat banyak keluarga tidak mematuhi protokol keselamatan.
Direktur Jenderal Otoritas Kesehatan Dubai, Humaid Al Qatami memperingatkan, tren yang sama bisa muncul jika banyak keluarga terus melanggar aturan selama liburan Idul Fitri. "Kami telah mengamati peningkatan jumlah kasus (Covid-19) di kalangan warga Emirat dalam dua pekan terakhir, terutama sejak awal Ramadhan," kata Al Qatami, dilansir dari The National.
Al Qatami mengingatkan, orang-orang harus tetap berhati-hati saat Idul Fitri. Supaya pemerintah tidak harus merevisi pelonggaran pembatasan gerakan. Sangat penting bagi orang-orang mematuhi pembatasan sosial dan tindakan pencegahan untuk menghindari lonjakan kasus Covid-19.
Wakil Kepala Polisi di Dubai, Letnan Jenderal Dhahi Khalfan menyelenggarakan diskusi panel majelis Ramadhan yang berjudul Corona: Antara Hari Ini dan Besok. Dalam diskusi tersebut Al Qatami menyampaikan bahwa 430 ribu tes Covid-19 telah dilakukan di UAE.
Ia mengatakan, sebagian besar kasus orang yang positif Covid-19 sakit ringan. Mereka tidak perlu dirawat di rumah sakit. Sementara, kasus-kasus kritis yang membutuhkan perawatan intensif dan ventilator sangat minim.
"UAE memiliki semua fasilitas dan peralatan kesehatan untuk menyediakan perawatan berkualitas tinggi," ujarnya.
Ia mengatakan, pembatasan pergerakan berkurang meski ada peningkatan kasus Covid-19 setiap harinya. Karena kenaikan itu adalah hasil dari tes Covid-19 yang luas di UAE. Tetapi semua prosedur yang diambil sehubungan dengan situasi tersebut direvisi dan dievaluasi secara berkala. Tujuannya menentukan apakah akan melanjutkan prosedur yang diambil atau membuat yang baru.
Di samping itu, dia berharap akan lebih banyak petugas kesehatan yang diberi visa tinggal selama 10 tahun. Ini sebagai penghargaan atas pekerjaan mereka untuk melindungi masyarakat UAE. Pekan lalu, Syekh Mohammed bin Rashid sebagai Wakil Presiden UEA dan Penguasa Dubai memberikan visa jangka panjang kepada 212 dokter yang bekerja merawat pasien Covid-19.
Asisten Wakil Menteri di Kementerian Kesehatan, Dr Amin Al Amiri mengatakan, banyak negara mengandalkan UAE untuk menyediakan pasokan medis bagi mereka. UEA adalah rumah bagi 17 pabrik yang memproduksi 1.675 produk farmasi. Dari jumlah tersebut, 14 adalah obat biologis yang dibuat oleh beberapa negara di dunia.
Dr Al Amiri mengatakan, pihak berwenang di UAE yakin bisa mengamankan kebutuhan UEA sebelum menyediakan pasokan medis ke negara lain. "41 negara dari seluruh dunia bergantung pada kita untuk persediaan pasokan," ujarnya.