Kamis 21 May 2020 14:04 WIB

Hawaii dan Keyakinan pada Madam Pele

Warga Hawaii percaya, pandemi adalah cara Madam Pele membersihkan semuanya.

Rep: Lintar Satria/ Red: Yeyen Rostiyani
Hawaii dan Keyakinan pada Madam Pele.Tampak Pantai Waikiki di Honolulu, Hawaii, yang sepi semasa pandemi.
Foto: Caleb Jones/AP
Hawaii dan Keyakinan pada Madam Pele.Tampak Pantai Waikiki di Honolulu, Hawaii, yang sepi semasa pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, HONOLULU -- Biasanya Roland Chang dan tiga putranya memulai hari mereka subuh-subuh. Mereka menjemput turis di Waikiki dan membawa mereka ke pantai untuk naik kapal lalu melihat lumba-lumba dan kura-kura berenang di laut yang biru. Empat hari dalam seminggu keluarga itu tampil di hotel membawakan lagu-lagu Hawaii.

Teman-teman mereka menyebut keluarga itu workaholics alias kecanduan kerja. Tapi bagi Chang dan keluarganya jadwal mereka hanya kebiasaan. Setidaknya begitulah sebelum pandemi virus corona melanda.

Seperti kebanyakan bisnis yang mengandalkan pariwisata di Hawaii, perusahaan Chang juga tidak mendapatkan pemasukan selama dua bulan terakhir. Mereka tidak tahu apakah dapat bertahan untuk melihat dunia pasca-Covid-19.

Namun mereka setuju pembatasan sosial harus diberlakukan demi kesehatan publik. Keluarga asli Hawaii itu yakin mereka akan pulih kembali. 

Saudari Roland Chang, yakni NJ Chang, membandingkan kesulitan ini dengan cara Dewi Api membuang sampah dan limbah dengan meletuskan gunung api dan mengalirkan lava. NJ seorang guru serta vokalis dan pemain gitar band.

"Madam Pele selalu membersihkan, saya pikir itu yang sedang kami jalani, ini proses membersihkan, saya yakini, agar kami semua pulih," kata NJ menyebut nama dewi dalam kepercayaan warga Hawaii. 

University of Hawaii menggelar jajak pendapat terhadap 632 bisnis di pulau itu. Mereka menemukan pada bulan lalu 34 persen di antaranya tidak mendapatkan pemasukan sama sekali. Di Maui Count yang sangat mengandalkan pariwisata, jumlah itu mencapai menjadi 61 persen.

Angka lapangan kerja perusahaan-perusahaan kesenian, hiburan dan rekreasi yang mengandalkan pariwisata turun 82 persen dibandingkan Januari. Diperkirakan pendapatan tahun 2020 itu turun 65 persen dibandingkan tahun lalu.

Hotel dan sebagian besar restoran serta toko ritel juga mengalami nasib yang sama. Angka pengangguran di Hawaii diperkirakan berada di angka 25 sampai 35 persen. Antrian di acara-acara pembagian makanan yang digelar Salvation Army dan organisasi non-profit lainnya memanjang hingga bermil-mil.  

Selama ini Chang bertahan hidup dengan tabungannya. Perusahaan mereka EO Waianae Tours yang memiliki empat karyawan tetap mengajukan pinjaman dari Program Proteksi Pembayaran Upah bagi usaha kecil menengah. Program untuk membantu UMKM selama pandemi.

Perusahaan itu memiliki anggaran investasi untuk memperbesar usaha mereka. Tapi mungkin harus mereka tahan karena ketidakpastian masa depan. Bisnis wisata mereka pun mungkin harus tutup.

"Saya pikir lebih banyak pertanyaan dibandingkan jawaban, saya harus jamin semua orang di kapal saya tidak akan terinfeksi virus, bagaimana saya melindungi mereka," kata Chang. 

 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement