Kamis 21 May 2020 18:35 WIB

Pembukaan Perbatasan Australia Saat Covid-19 Picu Perdebatan

Australia berencana membuka perbatasan untuk mengurangi dampak ekonomi Covid-19.

Red: Nur Aini
Sejumlah orang duduk di area berumput Pantai Scarborough, Perth, Australia, Senin (27/4). Pemerintah Negara Bagian Australia Barat melakukan pelonggaran terhadap warganya dengan mengizinkan pertemuan/berkumpul hingga 10 orang serta orang-orang dapat pergi keluar rumah untuk kegiatan rekreasi dengan tidak bersetuhan seperti piknik pribadi di taman, memancing, berperahu, hiking, atau berkemah.
Foto: EPA-EFE/RICHARD WAINWRIGHT
Sejumlah orang duduk di area berumput Pantai Scarborough, Perth, Australia, Senin (27/4). Pemerintah Negara Bagian Australia Barat melakukan pelonggaran terhadap warganya dengan mengizinkan pertemuan/berkumpul hingga 10 orang serta orang-orang dapat pergi keluar rumah untuk kegiatan rekreasi dengan tidak bersetuhan seperti piknik pribadi di taman, memancing, berperahu, hiking, atau berkemah.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Para pemimpin negara bagian dan teritori Australia pada Kamis (21/5) berselisih soal apakah mereka akan membuka kembali perbatasan dalam negeri untuk mengurangi pembatasan terkait virus corona.

Pembukaan perbatasan akan menjadi langkah besar untuk menumbuhkan industri pariwisata domestik negara itu senilai 80 miliar dolar Australia (sekitar Rp 773 triliun). Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan ia ingin sebagian besar pembatasan sosial dihapus pada Juli di bawah rencana tiga langkah. Keinginannya itu didasarkan pada kenyataan bahwa negaranya terus melaporkan jumlah rendah harian infeksi baru Covid-19.

Baca Juga

Namun, pelaksanaan rencana pemerintah federal tetap tergantung pada keputusan para pemimpin negara bagian dan teritori individual, yang berasal dari partai-partai politik yang berseberangan dan tidak sepakat tentang seberapa aman keadaan saat ini untuk membebaskan pergerakan di seluruh negeri. New South Wales, negara bagian terpadat di negara itu, telah menyerukan agar semua perbatasan dibuka sebagai langkah penting untuk memberikan dorongan ekonomi bagi kalangan yang sangat dibutuhkan.

Bank Sentral Australia awal pekan ini mengatakan pihaknya meyakini bahwa negara itu menghadapi penyusutan ekonomi yang "belum pernah terjadi sebelumnya" akibat pandemi, meskipun stimulus fiskal dan moneter besar-besaran akan membantu meredam pukulan itu.

"Agar Australia benar-benar bergerak maju sebagai bangsa selama masa ekonomi yang sangat sulit ini dan masa keadaan kesehatan yang juga sulit, perbatasan memang perlu dibuka," kata Perdana Menteri NSW Gladys Berejiklian kepada stasiun televisi Australian Broadcasting Corp.

Menurut data resmi pemerintah, sekitar 120 juta wisatawan domestik untuk semalam menghabiskan rekor 80,7 miliar dolar Australia (sekitar Rp 779 triliun) tahun lalu. Angka itu menyumbang hampir setengah dari jumlah pengeluaran di sektor pariwisata, termasuk oleh wisatawan internasional, yang totalnya mencapai 152,4 miliar dolar Australia (sekitar Rp 1.470 triliun).

Wakil Kepala Badan Medis Paul Kelly mengatakan pada Rabu (20/3) bahwa tidak ada alasan medis untuk menjaga perbatasan tetap tertutup. Namun, banyak negara bagian lebih kecil, yang selama ini melaporkan jumlah infeksi yang sangat rendah dan sedikit atau tidak ada kematian, tetap tidak setuju dengan pembukaan perbatasan.

"Aneh, New South Wales mengatakan jangan naik angkutan umum di Sydney ... tapi mereka mengatakan 'mengapa warga New South Wales tidak boleh terbang ke Western Australia'," kata Perdana Menteri Negara Bagian Western Australia Mark McGowan.

Kepala Badan Medis Negara Bagian Queensland Jeannette Youn mendukung seruan untuk menutup perbatasan. Ia mengatakan "satu kasus dapat menyebabkan kemunduran besar pada rencana kami untuk membuka kegiatan masyarakat kami."

Australia sejauh ini mencatat lebih dari 7.000 infeksi Covid-19, termasuk 100 kematian. Angka itu jauh di bawah jumlah yang dilaporkan di negara-negara maju lainnya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement