REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran adalah kitab Allah yang diturunkan untuk seluruh manusia tanpa terkecuali. Allah pun sudah menjelaskan bahwa setiap manusia diciptakan dalam keadaan sempurna, pasti akan dimudahkan untuk bisa menerima wahyunya. “Begitupun bagi saudara kita yang berkebutuhan khusus seperti tuna netra, diberikan tempat yang spesial dalam Islam,” kata Direktur Program LAZ BSM Ummat, Fauzi Indrianto dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (21/5).
Ia menyebutkan, di zaman Rasulullah ada sahabat tuna netra yang dimuliakan oleh Allah. Ia adalah Abdulllah Ibn Maktum, sosok pembelajar yang selalu bersemangat dalam mempelajari Alquran walaupun kondisi matanya buta. Bahkan Rasulullah pernah sampai ditegur oleh Allah karena tidak memprioritaskan Abdullah Ibn Maktum yang ingin belajar Islam ke beliau. Kisahnya sampai diabadikan dalam Surat Abasa. Dalam kisahnya Abdullah Ibn Maktum juga diberikan kepercayaan oleh Rasulullah untuk menjadi muadzin bergantian dengan Bilal bin Rabbah.
“Tapi pada saat ini teman-teman tuna netra masih belum diberikan fasilitas yang mendukung untuk mempelajari agama. Banyak yang akhirnya masih kesulitan untuk bisa membaca Alquran,” ujarnya.
Hal ini terjadi karena memang sangat sulit untuk mendapatkan Alquran khusus untuk tuna netra yang biasa disebut dengan Alquran Braille. Kalaupun ada harganya pun sangat mahal, sekitar 55 ribu rupiah/juz. “Dengan biaya sebesar ini akan sulit bagi kebanyakan tuna netra mempunyai Alquran,” tuturnya.
Padahal jumlah tuna di Indonesia cukup banyak, Menurut estimasi Kementerian Kesehatan RI tahun 2012, jumlah tunanetra di Indonesia sekitar 1,5 persen dari seluruh penduduk. Jika pada tahun 2018 penduduk Indonesia tercatat berjumlah 267,7 juta, berarti perkiraan jumlah tuna netra saat ini ada lebih dari 4 juta orang, baik kategori buta maupun lemah penglihatan.
Belajar membaca Alquran adalah kewajiban bagi semua umat Muslim. Bagi kita yang diberi amanah berupa kemampuan baik secara keilmuan maupun dalam hal fasilitas penyelenggaraan memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemberantasan buta huruf Alquran. “Jangan sampai kita ditegur oleh Allah karena belum bisa mengajari ataupun memberikan fasilitas belajar bagi tuna netra,” ujarnya.
Melihat kondisi tersebut Laznas BSM Umat bersama Yayasan Umi Maktum Voice sudah tergerak sejak tahun 2019 untuk bekerja sama dalam hal melakukan pembinaan dan mengajarkan Alquran Braille kepada tuna netra. “Hal ini dilakukan sebagai salah satu usaha dalam rangka pemberantasan buta huruf Alquran. Sehingga setiap tahun akan terus bertambah tuna netra yang bisa membaca memahami dan mengamalkan Alquran,” paparnya.
Dimulai pada tahun 2019, Laznas BSM Umat telah berhasil mengumpulkan dana Wakaf Alquran Braille dari nasabah dan pegawai Bank Syariah Mandiri (BSM) sebesar Rp 90.750.000. Dari uang tersebut sudah berhasil disalurkan sebanyak 55 set Alquran Braille kepada para tuna netra yang tersebar di lima provinsi. Yaitu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Riau, Gorontalo dan Sumatera Selatan. “Adapun pengadaan penyaluran dan pembinaan Alquran Braille bekerja sama dengan Yayasan Umi Maktum Voice,” tuturnya.
Kemudian pada tahun 2020 ini amanah dana Wakaf Alquran Braille dari nasabah dan pegawai Bank Syariah Mandiri yang diamanahkan kepadda Laznas BSM Umat meningkat pesat menjadi sebesar Rp 431.336.517 di bulan Maret 2020. “Dengan meningkatnya dana wakaf yang diperoleh membuat Laznas BSM Umat berencana memperluas kerja sama pengadaan penyaluran dan pembinaan Wakaf Alquran Braille,” kata Fauzi.
Hal ini, ia menambahkan, agar jangkauan manfaat untuk menyebarkan dan pembinaan Alquran Braille lebih luas lagi. Setelah pada tahun 2019 hanya bekerja sama dengan Yayasan Umi Maktum Voice, maka pada tahun 2020 Laznas BSM Umat juga menggandeng Yayasan Raudlatul Maktufin untuk menyalurkan Alquran Braille tadarus.
Fauzi menerangkan, terkait pola kemitraan bantuan pada tahun 2020, untuk penyaluran Wakaf Alquran Braille tadarus ukuran 15 x 25 cm akan bekerja sama dengan Yayasan Raudlatul Maktufin Yayasan Raudlatul Maktufin. Selain mencetak Al Qur’an Braille terjemah dan tadarus, mereka juga memiliki program pembinaan Alquran Braille di seluruh Indonesia.
Kemudian untuk penyaluran Wakaf Alquran Braille terjemah ukuran 25 x 30 cm akan bekerja sama dengan Yayasan Umi Maktum Voice. Yayasan Umi Maktum Voice selain mencetak Alquran Braille terjemah juga memiliki program pembinaan Alquran Braille di seluruh Indonesia. “Sehingga, selain mendapatkan Alquran Braille, sahabat tuna netra akan dibina dan dibimbing untuk bisa membaca Alquran dengan baik dan benar,” tuturnya.
Ia menyebutkan, program ini rencananya akan dilaksanakan selama Sembilan bulan terhitung dari mulai April 2020 sampai dengan Desember 2020. Kriteria penerima manfaat program ini adalah tunanetra Muslim/Muslimah yang mengikuti program pembinaan Alquran bersama dengan yayasan komunitas yang menyelenggarakan pembinaan belajar mengaji tuna netra.
Jumlah wakaf Alquran yang akan disalurkan sebanyak 255 set Alquran Braille. Data sebaran penyaluran sudah di-assessment oleh mitra penyaluran berdasarkan permintaan kebutuhan paket Alquran Braille yang masuk kepada mitra.
Alquran Braille itu disalurkan ke 14 provinsi dari Aceh sampai Maluku Utara. Provinsi terbanyak yang memperoleh bantuan adalah Jawa Tengah (82 eksemplar), NTB (50 eksemplar) dan Jawa Barat (42 eksemplar). “Harapan kami, semoga program ini bisa memberikan kemudahan dalam mendapatkan Alquran Braille bagi tunanetra Muslim di seluruh Indonesia. Sehingga, nantinya Muslim Indonesia akan bebas dari buta baca Alquran,” ujar Fauzi Indrianto.