REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Para ilmuwan dari seluruh dunia saat ini sedang dalam proses pengembangan vaksin virus corona jenis baru Covid-19. Sementara, beberapa obat yang ada saat ini sedang diuji kemampuannya untuk merawat pasien Covid-19.
Peneliti dari Esco Aster yang berbasis di Singapura saat ini bekerja dengan perusahaan Amerika Serikat Vivaldi Biosciences untuk mengembangkan vaksin. Vaksin itu tidak hanya dapat mengobati virus corona, tetapi juga dapat dimodifikasi dalam waktu tiga minggu untuk mengatasi kemungkinan mutasi virus.
Dikutip dari SputnikNews, vaksin bernama Esco Aster DeltaCov ini dibuat melalui penggabungan protein penyusun dasar dari virus flu dan antigen dari SARS-CoV-2. Cara itu digunakan dalam upaya untuk merangsang respons kekebalan.
Pengujian pada hewan diperkirakan akan dimulai dalam dua atau tiga bulan. Uji coba pada manusia diperkirakan akan dimulai dalam enam bulan mendatang.
“Virus sebenarnya ingin berbohong dan tidak dikenali, mereka ingin menghindari sistem kekebalan tubuh dan tidak menimbulkan respons,” ujar kepala eksekutif Esco Aster, Lin Xiangliang menjelaskan kepada The Straits Times.
Esco Aster dilaporkan menghubungi Vivaldi Biosciences pada Januari 2020, setelah kasus virus corona pertama tercatat di Singapura. Perusahaan mulai mencari urutan antigen yang benar.
Sementara itu, Vivaldi Biosciences, secara genetika merekayasa balik virus untuk menghubungkan antigennya. Menurut para ilmuwan, proses ini kemudian akan digunakan jika SARS-CoV-2 bermutasi dan vaksin baru harus dikembangkan. Cara ini melahirkan obat baru untuk virus "bermutasi" pada dua minggu, karena jenis virus baru akan "beralih" dengan antigen saat ini.
Vaksin yang akan datang akan diproduksi dalam bentuk semprotan hidung. Setelah antigen virus corona yang dimasukkan terdeteksi oleh sistem kekebalan organisme, tubuh akan belajar mendeteksi virus dan menghasilkan antibodi untuk melawannya.