Senin 25 May 2020 05:36 WIB

Garebeg Sawal Keraton Yogyakarta Ditiadakan Akibat Pandemi

Pembagian ubarampe dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Agus raharjo
Suasana sepi di Keraton Yogyakarta, Senin (27/4/2020). Akibat Pandemi COVID-19, Keraton Yogyakarta tahun ini meniadakan agenda budaya yang sudah berjalan selama ratusan tahun yaitu Hajad Dalem Garebeg Sawal 1441 H dan Numplak Wajik, hal itu dilakukan sebagai upaya pencegahan terhadap risiko penyebaran virus corona yang dapat terjadi dalam kerumunan massa.
Foto: ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
Suasana sepi di Keraton Yogyakarta, Senin (27/4/2020). Akibat Pandemi COVID-19, Keraton Yogyakarta tahun ini meniadakan agenda budaya yang sudah berjalan selama ratusan tahun yaitu Hajad Dalem Garebeg Sawal 1441 H dan Numplak Wajik, hal itu dilakukan sebagai upaya pencegahan terhadap risiko penyebaran virus corona yang dapat terjadi dalam kerumunan massa.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Hajat Dalem Gerebeg Sawal menjadi kegiatan rutin yang digelar Keraton Yogyakarta saat Idul Fitri 1 Syawal 1441 Hijriah. Kali ini, kegiatan ini ditiadakan untuk mencegah adanya penularan Covid-19 yang semakin meluas.

Sebab, kegiatan ini ditandai dengan arak-arakan gunungan yang tentunya menimbulkan kerumunan massa. Walaupun begitu, kegiatan rutin ini dilakukan dengan membagikan ubarampe gunungan berupa rengginang.

Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura, Keraton Yogyakarta, GKR Condrokirono mengatakan, pembagian rengginang ini tetap memperhatikan protokol kesehatan terkait Covid-19. Setidaknya, ada 2.700 rengginang yang dibagikan kepada Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, Kepatihan dan Puro Pakualaman.

"Prosesi arak-arakan gunungan beserta prajurit yang biasa digelar memang tidak ada. Namun, kami tetap akan membagikan ubarampe gunungan yang berupa rengginang. Hal ini merupakan usaha Keraton Yogyakarta dalam melestarikan tradisi di tengah pandemi," katanya, Ahad (24/5).

Dengan begitu, diharapkan nilai budaya dari garebeg ini tidak hilang. Ia menjelaskan, prosesi garebeg itu sendiri merupakan bentuk ungkapan syukur dan sedekah dari raja kepada kerabat dan rakyatnya. 

Wakil Penghageng KHP Parwa Budaya, Keraton Yogyakarta, GKR Mangkubumi juga mengatakan, esensi dari garebeg itu sendiri tidak hilang meskipun tidak digelar seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan dengna tujuan tidak menimbulkan kerumunan massa dan mencegah adanya penularan Covid-19.

"Pelaksanaan garebeg pada jaman dahulu memang dilakukan dengan membagi-bagikan ubarampe gunungan, bukan dengan merebut gunungan seperti dikenal saat ini. Dengan cara itu, kerumunan massa akan terminimalisir dan prosesi justru berjalan seperti pelaksanaan garebeg zaman dulu," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement